Jakarta, KompasOtomotif - Sedan bekas taksi masih dipandang sebelah mata oleh konsumen karena stigma "mobil capek". Anggapan ini juga tersirat di benak KompasOtomotif saat ditantang menjajal unit bekas taksi premium Mercedes-Benz E200 Kompressor, dari Jakarta menuju Waduk Jatiluhur, Jawa Barat.
Apakah cap "mobil capek" ini terbukti atau malah menghilang? Simak pengalaman kami berikut ini!
Dari ekterior, meski sudah beroperasi sejak 2009 tapi tampilan bodi sedan mewah asal Jerman ini masih tergolong mulus. Beberapa goresan halus pada gagang pintu, serta mika lampu yang sudah tidak begitu jernih masih bisa danggap maklum mengingat usia kendaraan.
Masuk ke kabin, ruang interior juga masih terawat. Lapisan kulit di jok belum ada yang sobek, warna pada material dasbor serta door trim juga belum pudar, begitu juga dengan ornamen kayu yang menghias seisi kabin.
Sedangkan untuk balutan kulit di kemudi sedikit terkelupas. Dari seluruh unit yang dijajal, rata-rata sedan mewah ini sudah menjelajah 200.000 km keliling Ibu Kota dan sekitar.
Kenyamanan
Total ada 15 unit E200 Kompressor ex taksi yang disiapkan Blue Bird, semuanya dibalut kelir hitam dengan pilihan transmisi otomatis. Tanpa menunggu lama perjalan pun dimulai dengan menelusuri ruas tol Cikampek hingga Jatiluhur.
Sebelum memilih jadi pengendara, KompasOtomotif lebih dulu merasakan kenyamanan jadi penumpang E200 Kompressor. Ruang kabin masih kedap, jok pun masih empuk dan nyaman.
Hampir tidak ada suara bising terdengar dari balik mesin, begitu juga di kaki-kaki, sesuai khas mobil mewah buatan Jerman. Bantingan suspensi juga masih mempuni untuk mobil berusia delapan tahun.
Sayangnya, di tengah perjalanan kesejukan kabin berangsur-angsur kurang. Padahal hanya berisikan dua orang penumpang dengan setingan air conditioner (AC) di tingkat dua. Kemungkinan bisa karena saluran dan filter yang kotor, atau kurang refrigerant (freon).
Performa
Puas jadi penumpang selama kurang lebih dua jam, giliran menjajal menjadi pengendara. Ketika mulai melaju, KompasOtomotif baru sadar bahwa posisi setir cenderung miring ke kanan seperti tidak center atau butuh spooring, untungnya hal ini tidak mempengaruhi kestabilan mobil.
Merasa kurang puas, mode berkendara sport dipilih melalui tombol kecil di dekat tuas transmisi. Otomatis putaran tenaga menjadi lebih responsif dan terasa terus terisi pada tiap perpindahan gigi.