Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mesin Diesel Belum Tentu Rendah Emisi

Kompas.com - 16/11/2016, 17:01 WIB
Ghulam Muhammad Nayazri

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif - Penetapan pajak sesuai emisi CO2 (karbon dioksida) atau carbon tax, apa bisa jadi ajang cari muka mesin diesel di Indonesia (terlepas dari mesin hibrida dan listrik)? Pasalnya dibanding mesin bensin, diesel dianggap memiliki emisi karbon yang lebih rendah 15 persen.

Ini seperti yang terjadi pasca Kyoto Protocol Climate Change Agreement di 1997, di mana membuat Eropa memutuskan untuk mulai memberi insentif mobil diesel, membuatnya murah dan populasinya meningkat mulai tahun 2000. Sementara Jepang dan Amerika lebih memilih untuk melakukan riset mobil hibrid dan listrik, mengutip The Guardian, Selasa (22/9/2015).

Terkait dengan emisi CO2 diesel, Dadi Hendradi, GM Technical Service Toyota Astra Motor (TAM) menanggapi, kalau memang mesin diesel diakui memiliki efisiensi pembakaran lebih dari mesin bensin. Namun, tidak selamanya mobil diesel punya emisi lebih rendah.

"Bahwa emisi CO2 yang dikeluarkan kendaraan, sangat sesuai dengan konsumsi bahan bakar kendaraan. Mesin diesel punya karakteristik, di mana efisiensi pembakarannya lebih baik daripada mesin bensin. Tapi bukan berarti bahwa untuk mobil yang sama, selalu mesin diesel emisi CO2-nya lebih rendah dari mesin bensin," ujar Dadi kepada KompasOtomotif, Selasa (15/11/2016).

"Tergantung desain keseluruhan dari kendaraan. Misalnya mobil besar dengan kubikasi mesin kecil dan tenaga kurang, maka bisa jadi overall emisi CO2 nya jadi besar, karena perlu waktu yang lama untuk akselerasi dan perlu rpm (rotasi per menit) tinggi untuk kecepatan tinggi," ucap Dadi.

Tren Diesel?

Yan Sibarang Tandiele, Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian mnambahkan, kalau aturan yang akan dikeluarkan, tidak dikhususkan untuk pengembangan salah satu teknologi, seperti diesel misalnya.

"Program LCE yang dikembangkan untuk kendaraan bermotor dengan teknologi penggerak selain teknologi yang dominan di pasar Indonesia saat ini. Prinsipnya adalah menstimulus diversifikasi bahan bakar atau tenaga penggerak serta peningkatan fuel economy. Tidak ada fokus pengembangan kepada salah teknologi," ujar Yan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau