Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
M Wahab S
Pengamat F1 dan Otomotif Nasional

Komentator F1, penulis lepas, founder Forum Komunikasi Klub dan Komunitas Otomotif Indonesia (FK3O), Manager Operasional Shop & Drive PT Astra otoparts Tbk (1999 - 2001), General Manager PT Artha Puncak Semesta Indonesia. Akun twitter : @emwees.

kolom

Berjudi ala F1

Kompas.com - 13/05/2016, 08:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAris F Harvenda

KompasOtomotif - Minggu lalu penggemar sepak bola dikagetkan dengan pencapaian Leicester City menjadi kampiun British Premier League alias juara kompetisi Liga Inggris. Siapa sangka, bukan klub yang langganan juara ternyata bisa jadi raja musim ini. Bahkan mengubur asa Manchester City, Chelsea, atau Manchester United yang memiliki dana cukup besar.

Fenomena dalam sepak bola ini mungkin akan sulit terjadi di dunia Formula 1. Meskipun ada tim yang fenomenal, juara pebalap dan konstruktor di musim pertama lalu menghilang di musim berikutnya.

Tim F1 yang saya maksud adalah Brawn GP di musim balap 2009. Mereka berhasil mencatatkan prestasi sebagai juara dunia konstruktor dan Jenson Button sebagai juara dunia.

Brawn GP dimiliki oleh Ross James Brawn OBE, nama yang tidak asing lagi di ajang F1, karena pernah membawa Ferrari di puncak kejayaan di masa 2000 – 2004. Dia membeli tim dari Honda F1 Racing Team dengan harga simbolis 1 (satu) poundsterling. Hal tersebut terjadi karena Honda menarik diri dari ajang balap F1 akibat krisis ekonomi global.

racinginfocus Ross Brown
Posisi Brawn sebagai team principal di Honda sangat memudahkan proses pengambilalihan dan pengembangan selanjutnya. Apalagi setelah Nobert Haug yang saat itu menjadi petinggi Mercedes-Benz Motorsport berjabat tangan dengan Ross Brawn untuk urusan suplai mesin.

Selanjutnya, kata “perjudian” menjadi hal yang paling tepat untuk menggambarkan situasi yang berkembang saat itu.

Skenario

Perjudian pertama berhubungan dengan bisnis, bukan tidak mungkin proses jabat tangan dengan Mercedes-Benz sudah diskenariokan sebelumnya. Masa bulan madu McLaren dengan Mercedes-Benz terusik oleh niat McLaren mengembangkan mobil jenis roadster yang akhirnya melahirkan Mclaren MP4-12C.

Apa buktinya? Desain akhir mobil tersebut pertama kali diperkenalkan September 2009 meski produksi dimulai 2011. Sudah barang tentu kasak-kusuk terjadi sebelumnya, tepat sebelum pengambilalihan Honda oleh Ross Brawn.

Mercedes merasa bahwa road car adalah kompetensi mereka dan meminta McLaren untuk fokus di balapan. Tuntutan tersebut dianggap wajar jika merujuk saham yang dimiliki Mercedes-Benz di McLaren sejak tahun 2000 adalah 40 persen. Ross Brawn "bermain judi" dengan sangat cantik untuk memadukan kedua momen tersebut, ketidakmampuan Honda dan kebutuhan Mercedes-Benz.

Teknis

Perjudian kedua adalah soal teknis, tepatnya mengenai paket aerodinamik yang dikembangkan oleh Brawn GP. Menafsirkan regulasi saya gambarkan seperti cerita antara penegak hukum dengan penjahat.

Artinya, siapa yang lebih cerdik, merekalah yang menang. Penegak hukum akan selalu mengupayakan menjaga dan mengawal sebuah aturan sesuai dengan kaidah. Sedangkan penjahat selalu berpikir mencari celah untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin.

motorsport.com Desain rear diffuser Brawn GP yang sensasional
Brawn GP meskipun bukan penjahat, tetapi bisa memanfaatkan celah yang dibuat regulator F1, Fédération Internationale de l'Automobile (FIA). Celah regulasi yang dimaksud adalah rear diffuser.

Gaya tekan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com