Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modal Rp 200 Juta, Pilih Mobil Jepang atau Sedan Jerman ?

Kompas.com - 12/02/2016, 09:01 WIB
Febri Ardani Saragih

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif – Bila Anda punya dana Rp 200 juta, mau pilih mana, beli MPV kompak sekelas Avanza, Ertiga, Mobilio, atau menabung sedikit lagi hingga bisa incar SUV kecil seperti Rush, Terios, dan BR-V? Tawaran mobil baru memang banyak, tapi jangan lupa sebenarnya ada pilihan lain yakni mobil bekas (mobkas).

Punya uang segitu Anda bisa meminang mobil mewah bekas operasional taksi. Salah satu yang sesuai yakni Mercedes-Benz E 200 Kompressor (W211) produksi 2009 yang kini dijual perusahaan taksi terbesar di Indonesia, Blue Bird.

Memang, konsekuensinya Mercy bekas Silver Bird itu sudah berusia tujuh tahun dan “tua di jalan” kalau dilihat dari angka odometer minimal tembus 200.000 km. Tapi kemenangan terbesar kalau pilih E 200 yaitu image merek, paket kemewahan, dan kenyamanan mobil Jerman.

Rasa dan kesannya pasti beda ketika turun dari Mercy dibanding merek Jepang. Bukan hanya itu, desain, perlengkapan fitur, level kenyamanan, jaminan keselamatan, serta kemewahan, jauh di atas rata-rata.

KompasOtomotif punya kesempatan khusus merasakan salah satu unit E 200 dengan teknologi supercharger itu. Unit yang dijajal siap jual pasalnya langsung diambil dari lantai showroom di Kantor Pusat Blue Bird di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Febri Ardani/KompasOtomotif Kondisi interior.
Mewah dan elegan

Pertama dibahas, desain. E-Class produksi 2009 adalah generasi terakhir Mercy yang menggunakan dua lampu membulat di bagian depan. Wajah seperti itu jadi ciri khas tersendiri, maka tidak heran model ini masih jadi bidikan pecinta Mercy di Indonesia.

Beda seperti mobkas taksi Blue Bird lain, Toyota Limo, yang sering kali diganti warna bodi sebelum dijual, semua E 200 Kompressor dijual berwarna hitam sama ketika masih beroperasi.

Masuk ke kabin, nuansanya beda. Aura mewah dan elegan terasa dari layout dasbor serba hitam dan aksentuasi kayu. Seperti mobil Jerman lainnya, ada banyak tombol fungsi yang terpampang. Dari penampakan itu bisa diketahui mobil ini punya pengatur instrument cluster dan audio pada kemudi, rem parkir model injak pedal, serta ada tuas khusus buat fitur cruise control. Mobil ini juga punya indikator bila ban kehilangan tekanan angin.

Sisa jejak aktivitas sopir yang pernah banyak menghabiskan waktu hariannya di dalam mobil ini bisa terlihat. Misalnya, gesekan jari memudarkan logo-logo pada tombol di kemudi dan di sekitar tombol putar lampu depan.

Febri Ardani/KompasOtomotif Terdapat lecet dekat pilar A (gambar kiri) dan logo pada sekitar tombol putar lampu depan memudar.
Selain itu, sedikit lecet juga biasanya terdapat pada bagian dekat pilar A. Di lokasi itu umumnya terletak perangkat Global Positioning System (GPS) sekaligus alat komunikasi sopir taksi dengan operator.

Dari semua pilihan mobil Rp 200 juta yang sudah disebut di atas hanya E 200 merupakan model sedan. Dari situ sebenarnya sudah sah bila dikatakan mobil ini paling nyaman. Meski demikian, sekali lagi, kelas Jerman memang jadi pembeda signifikan.

Febri Ardani/KompasOtomotif Mercedes-Benz E 200 Kompressor 2009 bekas Silver Bird.
Performa

Seluruh pengoperasian berkendara cenderung normal, tidak ada kekhawatiran berlebih soal perpindahan tuas transmisi, kerja mekanis pedal gas dan rem, serta penggunaan tombol-tombol.

Perlu disadari mobil ini telah dipakai kerja setiap hari setidaknya selama lima tahun, jadi wajar bila satu-dua hal meleset dari ekpektasi. Maka itu pengecekan menyeluruh penting sebelum membeli agar tidak terlalu kecewa pada kemudian hari.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau