Bagi warga Jakarta, tentu macet sudah masuk dalam budaya hidup keseharian mereka. Tapi, budaya ini punya pengaruh buruk terutama dalam hal psikologis dan kesehatan jiwa seseorang. Kesimpulan ini disampaikan oleh Roslina Verauli, Psikolog Anak dan Keluarga ketika dijumpai KompasOtomotif, Sabtu (12/9/2015).
Menurut Vera, begitu ia akrab disapa, kemacetan merupakan salah satu dari beberapa faktor penyebab stres penduduk kota besar. Efeknya juga bukan hanya kepada individu tapi juga orang lain atau lingkungan terdekat. Lebih parahnya lagi, itu akan berpengaruh kepada kesehatan badan dalam jangka waktu dekat maupun panjang.
"Stres, frustasi, dan juga selalu timbul rasa tertekan adalah efek dari kemacetan. Bagaimana tidak, seharusnya hanya 20 menit sampai tujuan, namun ini bisa sampai satu jam lebih, bahkan dua jam. Situasi ini juga pastinya tidak dialami satu kali atau dua kali, tapi hampir setiap hari. Sedangkan tubuh kita tidak dirancang untuk bisa menahan stres dalam jangka waktu yang lama," ujar Vera.
Setiap individu, kata Vera, memiliki respons yang berbeda-beda terhadap tekanan psikologis dari kondisi macet. Ada yang hanya mengeluh, mengeluarkan teriakan-teriakan dan ada pula yang menanggapinya dengan emosional. Kemudian ada juga respon fisiologis (tubuh), seperti ada yang cuma kelelahan, pegal-pegal atau bahkan sampai ada yang pingsan.
Perilaku Agresif
Vera melanjutkan, ketika individu sudah mengalami stres dan frustasi serta diperparah dengan kondisi tubuh yang lelah. Ini akan berakibat negatif pada situasi harmonisasi lingkungan terdekat.
"Perlu diingat bahwa mereka (individu yang stres karena macet) terikat pada sebuah sistem, dan sistem paling kecil dari individu tersebut yaitu keluarga. Jadi jika salah satunya bermasalah, maka relasi intim akan terganggu," tutur Vera.
Selain dari itu, tambah Vera, efek lain yang akan ditimbulkan yaitu maki-memaki, bahkan berkelahi di jalan, saling meneriaki dan masih banyak lagi hal buruk lain yang muncul. "Itu normal, kita semua jadi agresif di jalan, karena agresif sendiri muncul dari kondisi stres yang berlebihan," ucap Vera.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.