Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Suparno Djasmin, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor [Habis]

Dua Modal Utama Wapresdir Toyota Astra Motor Meraih Sukses

Kompas.com - 30/12/2014, 10:00 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Kehidupan ini sangat indah. Tak semua perjalanan hidup manusia berjalan dengan mulus. Tentu banyak rintangan dan hambatan dalam meraihnya. Kuncinya adalah kesabaran, keteguhan hati, memiliki prinsip yang kuat, jujur, apa adanya, dan selalu melakukan inovasi. Di balik kesuksesan seseorang, ada kisah-kisah mengharukan dan menyedihkan. Semua itu adalah proses yang harus dilalui. Kompas.com terus menurunkan serial artikel "Success Story" tentang perjalanan tokoh yang inspiratif. Semoga pembaca bisa memetik makna di balik kisahnya.

KompasOtomotif - Dengan berbekal surat perpindahanya ke PT Astra Sedaya Finance atau lebih dikenal dengan Astra Credit Companies (ACC), Suparno Djasmin lantas mengurungkan niatnya untuk pindah kerja. Sambil mencoba meneruskan kuliah sorenya, Abong, begitu ia akrab disapa, mulai mengecap karir di ACC. Berbagai divisi dijalani, mulai dari kepala cabang, pengembangan dan riset pasar, sampai layanan pelanggan. Semuanya dijalani Abong dalam posisi jabatan penyelia (manajer), periode dua tahun, Juni 1990 - Juni 1992.

Sayangnya, kuliah sore yang dilakukan sambil kerja di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) jadi terbengkalai. Kesibukannya ketika sudah masuk di ACC membuat Abong kesulitan berbagi jam kerja dan kuliah.

"Jadi sebenarnya sangat tanggung, tinggal skripsi saja karena sudah total 120 sks, saya sengaja ambil sks yang kurang perlu. Tapi, biarkanlah, yang penting saya sekolah bisa dapat ilmunya, bukan cuma kejar ijazahnya doang," beber Abong.

Namun, Abong merasa sangat diuntungkan karena Astra sebagai perusahaan mampu menyediakan pelatihan-pelatihan di luar yang mumpuni. Sehingga pengetahuannya dalam hal teori dan wawasannya terus bertambah seiring jabatannya yang makin menanjak.

Dengan berjalannya waktu, Grup Astra kala itu tengah menciptakan perusahaan baru di bidang asuransi jiwa, namanya , PT Astra Collonial Mutual Group Life. Perusahaan kemudian mencari level manajer golongan lima di seluruh anak Grup Astra, untuk mengisi jabatan Manajer Nasional .

"Ternyata, dari begitu banyaknya manajer golongan lima di Astra, saya yang dipanggil. Saya disuruh jualan asuransi, padahal dulu ada artis wanita yang mau jual polis asuransi pernah saya tolak. Sekarang malah disuruh pegang asuransi, jadi ada hokinya juga," kenang Abong.

Dikucilkan

Melihat tawaran itu, Abong justru merasa dirinya sempat dikucilkan oleh perusahaan. Dengan persasaan galau di dalam hatinya, ia lantas berkonsultasi dengan sejumlah mantan petingginya di Astra, mulai dari almarhum Michael D Ruslim, Ida Lunati, dan beberapa tokoh Astra lainnya.

"Dulunya pikir apa karena bahasa Inggris saya bagus, karena perusahaan ini merupakan gabungan dengan Australia. Tapi, setelah mendapat masukan, ternyata dijelaskan asuransi merupakan bisnis masa depan dan saya mantap mengemban tugas tersebut sebaik-baiknya," celoteh Abong.

Ternyata, karir Abong gemilang, sampai akhirnya menduduki jabatan Direktur Pemasaran di PT Astra CMG Life, mulai 2001. Terjun di dunia asuransi yang baru bagi Abong justru menciptakan tantangan tersendiri dalam karirnya. Akhirnya dengan ketekunannya belajar Abong membuktikan diri dengan prestasinya.

"Kalau sudah nyemplung, jangan setengah-setengah. Kalau memang mau jadi, ya ahlinya sekalian saja. Dulu, ada lembaga level eksekutif perusahaan bagi perusahaan asuransi di dunia, namanya Life Insurance Management and Research Association (LIMRA), berpusat di Connecticut, AS. Lembaga ini melakukan riset, pelatihan, manajemen, bidang asuransi, level menajer dan eksekutif di dunia. Saya masuk dalam daftar fellowship mereka dan yang pertama diakui dari Indonesia," bangga Abong.

Setelah besar di Asuransi, Abong kemudian meneruskan karirnya di anak perusahaan Astra lainnya. Mulai menjadi Chief Executive Officer, Isuzu Sales Operation (April 2001-Maret 2007), Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor (April 2007-Maret 2008), Daihatsu Sales Operation sebagai CEO (April 2007-Juni 2013), dan akhirnya diangkat sebagai direktur induk perusahaan PT Astra International Tbk. Kini, Abong juga menjabat sebagai CEO Auto2000 dan Wakil Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM).

Etos kerja

Abong mengaku selalu bekerja keras selama menjadi profesional. Dengan model kerja keras, akan sulit diimbangi oleh kinerja penting lainnya. "Kalau pinter saja tapi tidak kerja keras percuma, tetapi kalau tidak pinter tapi kerja keras, lama-lama jadi pinter juga," imbuh Abong.

Bekal kedua yang ditekankan Abong dalam menjalankan karirnya, adalah keinginan untuk selalu belajar. Apapun pengalaman, bidang, divisi baru yang dihadapi, harus mau belajar. Selain itu, buktikan dan berikan hasil terbaik yang bisa diraih. Jika tidak berhasil, setidaknya tidak menyesal karena sudah mencoba memberikan yang terbaik.

"Kalau anak zaman sekarang maunya instan. Sudah bekerja sebentar, gelisah karena belum naik jabatan. Saya bilang nanti dulu, jangan maunya cepat-cepat saja," tukas Abong.

Menurut Abong puncak karir seseorang diperoleh melalui proses yang panjang, bukan hasil kerja semalam dan butuh kerja keras untuk mencapainya. "Mudah-mudahan pengalaman ini bisa dibagi dan ada manfaatnya bagi semua orang, jangan sampai menimbulkan kesan hiperbola," tutup Abong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com