Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taksi Berbahan Bakar Gas Masih Susah Dioperasikan

Kompas.com - 16/01/2014, 16:26 WIB
Donny Apriliananda

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif — Moda angkutan umum berbahan bakar gas masih sulit berkembang di Indonesia. Padahal, jika diterapkan, BBG tak hanya mengurangi jumlah konsumsi bahan bakar fosil, tetapi juga mengurangi emisi gas buang yang semakin tak terkendali. Blue Bird Group (BB) sudah pernah mengawali penggunaan bahan bakar gas pada 1985 di Jakarta, tetapi terkendala ketersediaan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).

Menurut Presiden Direktur BB Purnomo Prawiro, Kamis (16/1/2014), perusahaan yang dipimpinnya selalu berpikir ke arah konversi bahan bakar. Namun, kendala kesiapan infrastruktur di Indonesia menjadi hambatan serius. ”Yang saat ini sudah kami jalankan adalah di Palembang. Ada 200 taksi berbahan bakar gas di sana. Stasiun pengisian bisa ada dan terus berjalan karena unit tidak terlalu banyak,” ungkapnya.

Purnomo lantas memberi gambaran kesulitan jika SPBG tidak memadai. Saat ini, di Jakarta, transjakarta-transjakarta yang antre mengisi gas saja sudah mengular. Bahkan, bajaj berbahan bakar gas malah beralih menggunakan bensin.

Antre
”Pengisian gas satu mobil memakan waktu 3-5 menit. Kalau satu jam, hanya 20 mobil. Bayangkan kalau satu pul taksi mengisi semua, sudah berapa lama waktu yang dibuang hanya untuk mengantre? Kami mencoba terus mengimplementasi, opsinya, membuat stasiun pengisian di pul sendiri. Ini kami sedang bicarakan dengan pemerintah,” kata Purnomo.

Saat ini, BB sebagai penyedia jasa taksi terbesar di Indonesia terus melakukan penggodokan dan survei, bekerja sama dengan pemerintah dan pabrikan, dalam hal ini Toyota. Pembicaraan dengan produsen dikatakan Purnomo sangat penting karena menyangkut garansi. ”Menggunakan tabung gas dianggap sebagai penambahan peralatan dan modifikasi, dan kami tidak mau garansi hilang. Kami masih bicara dengan Toyota soal ini,” ujarnya.

Metode taksi Blue Bird BBG di Palembang saat ini menggunakan dua bahan bakar. Ketika gas habis, mesin otomatis berpindah bahan bakar ke bensin. Purnomo menjelaskan, ketika berpindah ke bensin, setelan konsumsi bahan bakar lebih boros. Kalau terlalu sering kehabisan gas, artinya konsumsi bahan bakar menggelembung. Kendala ini benar-benar bisa teratasi jika terdapat banyak SPBG.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com