Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat-saat Terakhir dengan KA Parahyangan

Kompas.com - 24/04/2010, 17:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kereta Api Parahyangan jurusan Jakarta-Bandung dan Bandung-Jakarta menyimpan sejumlah cerita. Kabar akan dihapuskannya rute KA ini per 27 April pun memancing keinginan untuk kembali bernostalgia.

Salah satunya Ikram Putra, yang pernah mengecap pendidikan di Kota Kembang. Akhir pekan ini, Sabtu (24/4/2010), Ikram dan rekannya, Bikka Mitya, meluangkan waktu untuk menikmati KA Parahyangan pada pekan terakhirnya. Tiba di Stasiun Gambir pukul 13.30, Ikram dan Bikka memilih menumpangi KA Parahyangan untuk keberangkatan pukul 16.15. Padahal, ada KA Argo Gede yang berangkat pukul 13.45 sehingga tak perlu menunggu terlalu lama.

"Emang sengaja mau ke Bandung naik Parahyangan sebelum ditutup operasionalnya," kata Ikram kepada Kompas.com.

Ikram ternyata menyimpan sederet cerita dengan kereta legendaris itu. Memang, ia tak sering menggunakan moda transportasi kereta api. Namun, tiga kali menaiki Parahyangan, tiga cerita penting dalam hidupnya pula yang tercipta.

"Pertama kali naik Parahyangan tahun 2002, waktu mau mendaftar ulang di ITB. Ya kenangannya, pertama kali mau sekolah di Bandung, pertama juga naik Parahyangan," kisahnya. Kesempatan kedua datang saat ia mendapat kabar bahwa kakeknya di Jakarta kritis. Saat itu, Ikram juga menumpang KA Parahyangan.

"Sepanjang jalan melamun, teringat kakek yang waktu saya berangkat masih kritis sampai akhirnya meninggal dunia," kata dia. Nah, cerita ketiga dengan Parahyangan hadir saat Ikram ingin menyampaikan kabar tak mengenakkan kepada orangtuanya. Pada tahun 2007, Ikram harus menerima kenyataan pahit, di-drop out dari ITB.

"Itulah terakhir kali saya naik Parahyangan, tahun 2007. Jadi, banyak kenangan penting. Pertama mau sekolah sampai terakhir di-DO," ujar Ikram.

Kabar akan dihapuskannya rute perjalanan KA Parahyangan didapatnya pertama kali melalui status di Twitter yang ramai diperbincangkan. Sebagai pengguna, Ikram menyayangkan keputusan PT KA tersebut. Bikka pun mengungkapkan hal yang sama. Ia menyarankan, KA Parahyangan tidak dihapuskan sama sekali.

Menurutnya, keberadaan KA Parahyangan menjadi alternatif bagi masyarakat kalangan menengah. Harga tiket Parahyangan memang relatif murah. Untuk kelas bisnis hanya Rp 30.000, sedangkan kelas eksekutif Rp 50.000. Tarif ini jauh lebih murah dibandingkan tiket Argo Gede dengan jurusan yang sama.

"Seharusnya kondisi ini bisa disiasati dengan mengurangi frekuensi jadwalnya. Kalau bisa dikurangi, kenapa harus dibunuh?" ujarnya.

Ia juga menyarankan agar PT KA membuat kereta wisata Parahyangan yang hanya dijalankan pada akhir pekan. Soalnya, pada akhir pekan, KA Parahyangan selalu menjadi andalan bagi mereka yang ingin menikmati libur di Bandung atau Jakarta.

"Dibikin kereta wisata aja kan bisa, enggak harus komuter kaya sekarang. Interiornya dibagusin," ujar Bikka. Salah satu hal yang disukainya dari KA Parahyangan adalah nasi gorengnya. "Padahal sih standar, tapi entah ya, kalo pas makan di kereta kok rasanya enak banget, apalagi sama teh panas," cerita Bikka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com