Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Terlena Pakai Matik

Kompas.com - 14/01/2008, 08:53 WIB

Mengemudi di jalanan Ibu Kota yang kian macet paling enak menggunakan mobil berpersneling otomatis. Kaki tidak harus pegal menginjak pedal kopling. Namun, sebagian orang malah takut atau justru terlena memakai mobil otomatis.
    
Hampir setiap mobil keluaran baru selalu menawarkan dua pilihan persneling atau transmisi, yakni manual dan otomatis (automatic transmission sering disingkat matic atau matik). Dengan transmisi manual, pengemudi harus menginjak pedal kopling sebelum memindah gigi persneling. Sementara dengan transmisi matik, mereka hanya menginjak pedal gas dan gigi persneling berpindah secara otomatis.

Sebagian orang enggan membeli mobil matik karena takut mitos perawatan mahal dan jika rusak tak banyak bengkel yang bisa
memperbaiki. "Pendapat ini tak salah karena faktanya di Indonesia belum banyak yang bisa memperbaiki transmisi matik," ujar Ricky Ricardo Dipl. Ing, pemilik bengkel spesialis transmisi otomatis Ricardo Matic di Cikokol, Tangerang.

Namun, mitos itu baru benar bila persneling matik dibiarkan rusak karena tak tahu cara merawat. "Perawatan mobil matik justru bisa lebih murah daripada manual kalau dilakukan dengan benar. Pada mobil manual, kopling set persneling rata-rata harus ganti setiap dua tahun. Sedangkan mobil matik umurnya bisa lebih lima tahun, bergantung pada pemakaian," kata Tunjung Pangajom, Asisten Manajer Parts and Service PT Mazda  Motor Indonesia, agen tunggal merek Mazda di Indonesia.

Terlena
Sebaliknya, orang yang sudah merasakan kenyamanan mobil matik biasanya terlena. Apalagi dengan iming-iming bahasa pemasaran tentang  transmisi otomatis "bebas perawatan" atau "berumur seumur hidup", pemakai mobil matik bisa enggan merawat persneling mobil. "Setiap benda buatan manusia pasti ada umur pakainya. Sebagus apa pun transmisi matik kalau dipakai terus-menerus pasti aus, apalagi kalau pemakaiannya tak benar," ujar Ricky.

Salah satu perawatan mendasar yang jarang diperhatikan adalah penggantian oli secara rutin. Padahal, oli transmisi otomatis(automatic transmission fluid/ATF) adalah komponen vital dalam sistem transmisi matik. Selain berfungsi sebagai pelumas, oli juga berperan sebagai penerus daya gerak mesin. Dosen Jurusan D3 Otomotif Institut Teknologi Indonesia, Serpong, itu menambahkan, sekitar 85 persen kerusakan persneling matik yang masuk bengkelnya karena kelalaian mengganti oli. "Sepuluh persen sisanya karena faktor usia dan lima persen sebab kesalahan pemakaian," ujarnya.

Salah satu kesalahan fatal pengguna mobil matik adalah termakan bahasa iklan, transmisi otomatis tak perlu ganti oli "seumur hidup" (lifetime). "Iklan itu tak salah. Namun yang perlu dicermati adalah arti  kalimat 'seumur hidup'. Ini bukan berarti 'umur hidup' pemakainya, tetapi 'umur hidup' mobil," kata Ricky.

Bila mobil dirancang memiliki 'umur hidup' enam tahun, oli transmisi matik-bahkan transmisinya sendiri-didesain untuk bertahan
selama enam tahun. "Kalau mau berusia lebih panjang dari lifetime itu, ya harus dirawat rutin," tandasnya.

Tunjung menambahkan, salah kaprah pemahaman lain adalah menganggap transmisi otomatis tak dilengkapi kopling dan kanvas kopling lagi. "Padahal, di transmisi matik jumlah kanvas koplingnya justru lebih banyak dibandingkan dengan transmisi manual," ujarnya.

Kanvas-kanvas kopling ini akan saling bergesekan pada saat persneling bekerja menggerakkan mobil. Dari gesekan tersebut, timbul serpihan serbuk halus. Makin tua umur oli, makin berkurang kekentalan dan viskositasnya. Gesekan antarkanvas kopling makin keras dan makin banyak serpihan yang dihasilkan. "Lama-lama serbuk itu menyumbat filter oli sehingga oli tak bersirkulasi sempurna dan kanvas kopling saling bergesekan langsung tanpa dilumasi oli," tutur Ricky.

Tanda-tanda mulai terjadi kerusakan transmisi matik adalah gejala kopling selip, yang terlihat dari tak berimbangnya putaran mesin dengan laju mobil. Mesin sudah meraung di putaran tinggi, tetapi mobil tak berjalan dengan laju seimbang. Perpindahan gigi persneling juga mengentak, tak halus seperti biasa. "Bisa dicek dengan memasukkan persneling ke posisi D atau R, lalu rem dilepas. Dalam kondisi sehat, mobil langsung bergerak. Bila tidak, patut dicurigai ada masalah di transmisi matik," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com