Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mitos atau Fakta, Performa Mesin Diesel Gampang Loyo di Tempat Dingin?

SEMARANG, KOMPAS.com - Selain tenaga, mesin diesel modern dirancang menghasilkan efisiensi bahan bakar. 

Karena itu, rasio kompresi mesin diesel dibuat lebih padat saat menerima ledakan besar di ruang bakar. Maka, struktur material bahan komponen-komponen didesain lebih kuat. 

Banyak konsumen awam di Tanah Air kepincut mesin diesel modern atau common rail, karena dianggap memiliki kemampuan jelajah yang lebih baik dengan performa tinggi.

Mesin common rail, sistem kerjanya mengandalkan tekanan bahan bakar untuk mengatur ritme pembakaran. Pasokan bahan bakar yang lancar mempercepat proses kompresi.

Sebaliknya, jika sampai ada sumbatan kotoran di aliran bahan bakar, akan gampang mempengaruhi performa mesin keseluruhan. 

Tak hanya itu, beberapa juga menganggap common rail sensitif menerima perubahan iklim dan cuaca. Bahan bakar yang tersimpan di tangki rawan membeku. Mesin kendaraan otomatis sulit dihidupkan dan membutuhkan waktu sampai cair kembali. 

Kasus tersebut biasanya dialami pemilik kendaraan saat berkunjung ke daerah-daerah bersuhu di bawah rata-rata.

Belajar dari pengalaman itu pula banyak yang beranggapan musim hujan pun bisa mempengaruhi performa mesin diesel, lantas seperti apa? 

Pakar Konversi Energi Otomotif Universitas Negeri Semarang (Unnes) Widya Aryadi mengatakan, khusus pengguna bahan bakar diesel yang mengandung campuran senyawa kimia biologis mudah terpengaruh faktor cuaca. 

"Kandungan minyak nabati yang ada di dalam bahan bakar gampang membeku karena suhu udara dingin. Saat suhu di bawah titik terendah akan menciptakan gumpalan yang justru berpeluang menyumbat saluran bahan bakar sampai dengan filter solar," kata Widya kepada Kompas.com, Jumat (11/11/2022). 

Reaksi alami tersebut biasanya terjadi pada waktu dini hari, karena kondensasi udara dingin kualitas bahan bakar menurun secara otomatis. Mesin biasanya saat awal-awal hendak di nyalakan kompresi ruang bakar cenderung terlambat. 

Proses menghidupkan mesin pertama kali bahkan membutuhkan beberapa kali starter. Menurut Widya, komponen pemantik berdaptasi dahulu menciptakan percikan api sampai bisa menggerakkan komponen mekanikal mesin. 

"Karena bahan bakar yang beku pemantik api ruang bakar bekerja beberapa kali untuk menciptakan api. Ledakan kompresi mesin kendaraan terlambat, untuk memulai awal jalan juga membutuhkan waktu tunggu sebentar agar gejala bahan bakar telat teralirkan bisa dihindari," ucapnya. 

Bahan bakar yang terlambat sampai bisa membuat performa kendaraan tidak stabil. Widya menjelaskan, pola aliran yang seharusnya bergerak bebas jadi berhenti sejenak untuk mendorong endapan-endapan beku yang menyumbat. 

"Kompresi mesin jadi bermasalah, pasokan udara sampai ruang bakar kurang. Hal itu membuat tenaga mesin terjeda, ditandai mesin kendaraan brebet," kata dia. 

Kepala Bengkel Nasmoco Majapahit Semarang Bambang Sri Haryanto mengatakan, kompresi mesin diesel saat suhu cuaca ekstrem gampang berubah.

Mesin diesel bekerja membutuhkan kompresi ruang bakar tinggi untuk menghasilkan tenaga maksimum. Saat suhu dingin, komposisi udara dan bahan bakar bisa seimbang, hasilnya memicu performa mesin yang lebih baik. 

"Mesin diesel membutuhkan rasio kompresi padat untuk menciptakan tenaga mesin yang tinggi. Bahan bakar yang terkompresi juga cenderung lebih dingin, gampang mencapai titik didih mesin secara cepat," kata Bambang. 

https://otomotif.kompas.com/read/2022/11/11/113100615/mitos-atau-fakta-performa-mesin-diesel-gampang-loyo-di-tempat-dingin-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke