Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nissan Stop Produksi Baterai Listrik

Kompas.com - 08/08/2016, 07:02 WIB
Ghulam Muhammad Nayazri

Penulis

Tokyo, KompasOtomotif - Nissan Motor akan menjual sahamnya pada perusahaan penghasil baterai, Automotive Energy Supply (AES). Perusahaan ini didirikan pada tahun 2007 untuk membuat baterai lithium-ion khusus untuk mobil listrik Nissan Leaf dan kendaraan hybrid lain.

Nissan memiliki saham 51 persen dan rekannya Nippon Eletric Company (NEC) 49 persen. Saat ini Nissan telah memulai pembicaraan dengan perusahaan Jepang dan Cina, untuk menjual seluruh sahamnya, seperti dilansir Nikkei, Minggu (7/8/2016).

Penjualan saham ini menandakan kalau Nissan sudah tidak lagi memproduksi baterai sendiri untuk produk mobil listriknya. Pihak Nissan menyampakan, dengan membeli baterai dari pemasok, dianggap akan lebih murah, dibanding memproduksinya sendiri. Pada tahun akhir tahun fiskal 2015, AES menorehkan hasil penjualan sebesar 36,6 miliar yen atau Rp 4,7 triliun.

Mobil listrik Leaf, dirilis Nissan pada 2010, dan hingga Juni 2016 telah terjual sekitar 230.000 unit di seluruh dunia. Untuk meningkatkan penjualan, produsen mobil Jepang perlu memotong biaya, salah satunya melalui baterai.

Tambahan Dana

Sampai saat ini, Nissan belum selesai memutuskan berapa harga jual untuk 51 persen sahamnya tersebut. Targetnya, akhir tahun sudah ada perusahaan yang dipilih Nissan, untuk menjadi pembeli.

Setelah melakukan penjualan, Nissan akan lebih fokus pada pengembangan teknologi baru, seperti kendaraan yang menggunakan motor listrik dan mobil self-driving, serta serius dalam meningkatkan produktivitas. Terlepas mengincar harga baterai yang murah, dana dari hasil penjualan ini nampaknya untuk menopang Nissan yang sedang dalam kondisi tidak baik.

Nissan dilaporkan mengalami penurunan laba bersih periode April-Juni 2016 sebesar 11 persen, 136,4 miliar yen. Lalu, penjualan domestik, Nissan ikut merosot di angka 25 persen, dengan hanya berjualan 90.000 unit.  Bersamaan dengan itu, Nissan membutuhkan biaya besar untuk persaingan teknologi, dengan menaikkan belanja R&D di angka 560 miliar yen (Rp 69 triliun), atau meningkat 5,3 persen dibanding tahun fiskal 2015.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com