Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Toyota Thailand Mulai Pangkas Ratusan Pekerja

Kompas.com - 07/07/2016, 07:02 WIB
Ghulam Muhammad Nayazri

Penulis

Bangkok, KompasOtomotif – Permasalahan ekonomi yang menimpa Asia Tenggara dan wilayah lain di luar ASEAN, mendorong Toyota Motor Corp Thailand, untuk mengeluarkan “redundancy program” atau pemberian kompensasi bagi para pekerja yang secara sukarela mengundurkan diri. Tujuan akhirnya yaitu mengurangi 800 pekerja subkontraktor.

Phuphal Samata, Presiden Serikat Pekerja Toyota Thailand mengatakan pada Reuters, Rabu (6/7/2016), kondisi ekonomi di Thailand mengalami perlambatan, seiring dengan ketidakpastian ekonomi global. Ini berimbas negatif pada industri otomotif domestik maupun untuk pasar ekspor.

“Situasi yang tidak baik ini sudah dimulai sejak permulaan 2016 dan menyebabkan penurunan volume produksi, jam lembur dan penghasilan bulanan yang ditawarakan pada karyawan,” ujar Phuphal.

Phuphal menambahkan, karena itu, perusahaan (Toyota Thailand) menawarkan paket redundansi untuk sekitar 800 subkontraktor. Namun, pekerja yang secara sukarela mengundurkan diri diklaim akan lebih banyak dari itu.

"Saat ini sudah tidak ada pembayaran lembur lagi, dan mungkin sudah begitu banyak subkontraktor yang lebih ingin mencari pekerjaan lain dan mengambil paket kompensasi ini. Sekitar 40 persen dari 18.000 pekerja Toyota adalah subkontraktor,” tutur Phuphal.

Penurunan penjualan kendaraan domestik Thailand, yang dimulai pada 2013, salah satunya juga disebabkan oleh dicabutnya skema subsisi kendaraan, yang sudah tidak lagi berlaku pada 2012.

Surapong Paisitpattanapong, juru bicara Federasi Thailand untuk Auto Industri mengatakan, pemutusan hubungan kerja di Toyota ini, nampaknya tidak menyebar ke produsen mobil lain. Karena hanya Toyota yang baru saja mempekerjakan banyak karyawan, sejak skema subsidi mobil berlaku.

"Saya tidak berpikir pabrikan lain akan segera mengikuti Toyota. Karena produksi kendaran otomotif bulan Mei, untuk ekspor dan penjualan mobil domestik lumayan tumbuh, sehingga masih ada harapan,” ucap Surapong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com