Pasar mobil di Rusia sebenarnya sudah melambat sejak awal tahun ini, membuat kehidupan merek-merek asing semakin sulit. Bahkan, sebelum pemerintah menginvasi Crimea, dan semakin menjauhkan potensi perbaikan nilai tukar ruble.
Ford baru saja mengumumkan akan merumahkan 950 pekerja di salah satu pabrinya di Rusia. Meskipun, target untung perusahaan masih ditetapkan 2015.
General Motors
Keputusan General Motors (GM) mengintegrasikan bisnis Rusia di bawah naungan Opel (cabang bisnis di Eropa) membuat Rusia punya pengaruh besar pada keuntungan di Eropa. GM mulai menjual Opel, Chevrolet, dan Cadillac di Rusia dan berhasil meraih 9,3 persen pangsa pada 2013. Rusia merupakan pasar terbesar ketiga bagi GM.
Sejauh ini, GM melalui Opel belum mengumumkan adanya pengurangan produksi di Rusia. "Opel punya kepercayaan penuh pada pasar di Rusia dan potensinya tumbuh terutama sektor otomotif. Kami terus memantau gejolak politik yang terjadi dengan seksama," jelas juru bicara Opel.
Juru bicara menolak untuk mengomentari potensi efek keuangan dari situasi Rusia pada target GM di Eropa. Ia mengatakan perusahaan memilih untuk tidak berspekulasi mengenai masalah keuangan.
Rapor merah
GM berambisi untuk mengubah rapor merah yang selama ini diperoleh. Sejak 1999, merek terbesar asal Amerika Serikat itu terus merugi, hingga 18 miliar dollar AS. Kini, GM menyiapkan modal baru 5,2 miliar dollar AS untuk mengembalikan keuntungan perusahaan hingga 2022.
Chevrolet merupakan merek andalan GM sekaligus yang terlaris di Rusia. Tapi, tahun lalu penjualannya merosot hingga 15 persen, mengikuti total pasar yang juga turun 5 persen.
"Masalah di Rusia itu pasarnya bersifat polaris. Ada konsumen tingkat atas dan bawah, tetapi di antaranya relatif kosong," jelas Philippe Houchois, analis dari UBS dilansir Bloomberg (6/4/2014).
Prediksi
Pabrikan asing tercatat sudah mengeluarkan tidak kurang dari 10 miliar dollar AS di Rusia, sampai 2020. Para investor tertarik pada insentif pemotongan pajak, skema peremajaan kendaraan, dan level kepemilikan mobil yang masih kecil jumlahnya. Sejumlah pengamat bahkan pernah mengatakan, kalau Rusia akan menjadi pasar terbesar di Eropa, menggeser Jerman pada 2020.
"Semua prediksi menguatkan Rusia akan menjadi pasar terbesar di Eropa dalam beberapa tahun mendatang," jelas Karl-Thomas Neumann, Presiden GM Eropa.
Tapi, melihat kondisi terbaru dengan krisis Crimea, para pengamat mulai meragukan prediksinya. Menyusul ketidakpastian kondisi ekonomi sehingga menekan kepercayaan diri konsumen untuk beli mobil baru.
"Kami selalu lebih pesimis tentang pertumbuhan pasar di Rusia," jelas Carlos Da Silva, Manajer IHS Automotive. Bulan lalu, IHS memangkas target untuk Rusia, menyatakan penjualan akan turun 7 persen tahun ini dari sebelumnya cuma 3 persen.
Kondisi tak menentu di Rusia menciptakan angin ribut untuk Eropa. Tapi, perbaikan kondisi pasar di Eropa secara keseluruhan terus terjadi, meski mengalami gangguan dari Rusia.
"Parktisnya memang mengurangi kesempatan salah. Kondisi ini tidak cukup membuat merek anjlok (pasar Eropa), tetapi bukan berarti tidak ada kesalahan yang sama di tempat lain," beber Houchois.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.