Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Premium Naik, Otomotif Nasional Masih Oke

Kompas.com - 10/03/2011, 14:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Harga minyak mentah dunia yang kini sudah menembus 117 dollar AS per barrel—acuan pemerintah dalam APBN Indonesia 80 dollar AS per barrel—membuat Pemerintah Indonesia sedikit "panik" sehingga berencana menelurkan opsi menaikkan harga premium dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.000 per liter (naik Rp 500). Para pelaku industri otomotif mengaku tidak kaget dengan kebijakan itu dan masih relevan dibanding opsi lainnya.

Jongkie D Sugiarto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mengatakan, rencana kenaikan harga premium sebesar Rp 500 masih bisa diterima sektor otomotif karena masih dalam angka psikologis. Selain itu, penguatan kurs rupiah yang positif diharapkan masih bisa mendukung kondisi ekonomi nasional.

"Dengan harga premium Rp 5.000 per liter, saya rasa target minimal penjualan mobil 800.000 unit pada tahun ini masih bisa tercapai. Namun, kalau kenaikannya lebih dari itu (Rp 500), penjualan mobil bisa menukik ke tahun lalu, balik ke angka 700.000-an unit," ujar Jongkie kepada Kompas.com, Rabu (9/3/2011).

Johnny Darmawan, Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor, menambahkan, ada satu hal yang perlu diperhatikan pemerintah dalam mengambil kebijakan. Hal itu jangan bersifat jangka pendek. Khusus BBM, menurutnya, opsi kenaikan harga lebih tepat ketimbang pembatasan konsumsi yang semula dicanangkan. "Lebih baik dinaikkan saja, tetapi yang sesuai karena kalau pembatasan akan lebih rumit penerapannya di lapangan," ujar Johnny.

Suara dari pelaku industri roda dua juga menyambut kebijakan itu. Sigit Kumala, Senior General Manager Sales Division PT Astra Honda Motor—produsen sepeda motor terbesar di Indonesia—mengatakan, meski cuma naik Rp 500, ada pengaruh, khususnya biaya hidup. Namun meski premium naik, sepeda motor menurutnya masih yang paling ekonomis dibandingkan alat transportasi lain. "Sepeda motor masih jadi pilihan utama karena lebih irit. Target AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) yang dipatok 8,3 juta unit masih bisa dicapai," urai Sigit.

Vaibhav Gupta, General Marketing and Customer Satisfaction PT Bajaj Auto Indonesia, juga masih yakin terhadap pasar meski harga premium naik. Dia memprediksi, kenaikan harga BBM otomatis memicu terjadinya inflasi. Namun, hal itu tak berdampak terlalu besar dan diimbangi oleh terkereknya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate).

"Saat BI Rate ini naik, baru nanti ada pengaruhnya, tetapi juga tak besar. Lembaga perusahaan hanya akan memangkas jangka waktu cicilan lebih singkat dari sebelumnya; boleh kredit sampai lima tahun, jadi tinggal tiga tahun," komentar Vaibhav.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com