Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stigma kalau Pakai Kendaraan Listrik Itu Rumit dan Mahal

Kompas.com - 26/09/2022, 09:42 WIB
Aprida Mega Nanda,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia sudah mulai beralih dari kendaraan mesin bensin (ICE) ke kendaraan listrik (EV). Cepat atau lambat, era elektrifikasi bakal menjadi tren. Meski demikian tidak semudah itu melakukan peralihan tersebut.

Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif yang berprofesi sebagai dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan, saat ini jumlah kendaraan yang menggunakan mesin bensin di Indonesia per Agustus 2022 sudah mencapai 149.707.859 unit.

“Ini jumlah yang sangat besar, jika dibandingkan dengan data Kementerian Perhubungan jumlah kendaraan listrik baru sekitar 22.671 unit,” ucap Martinus saat dihubungi Kompas.com, Minggu (25/9/2022).

Baca juga: Soal Baterai Kendaraan Listrik, Indonesia Belum Bisa Lepas dari Perusahaan Asing

Martinus melanjutkan, dalam membangun kendaraan listrik di Indonesia tidak mudah lantaran harus ada beberapa hal yang diubah oleh masyarakat. Misalnya, seperti mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengisi energi kendaraannya, dari yang aktif menjadi lebih terencana.

Selain itu, isu terkait mobil listrik juga menjadi hal yang penting. Tak sedikit masyarakat yang menilai bahwa menggunakan kendaraan berbasis baterai itu rumit dan mahal.

Mobil listrik Genesis dari Hyundai yang membawa Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo dalam rangkaian kendaraan menuju ke Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah pada Rabu (8/6/2022).dok. Sekretariat Presiden Mobil listrik Genesis dari Hyundai yang membawa Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo dalam rangkaian kendaraan menuju ke Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah pada Rabu (8/6/2022).

“Harga EV itu 30-200 persen lebih mahal dari kendaraan ICE. Belum lagi waktu pengisian baterai yang lama, bobot baterai yang cukup berat, serta jarak jangkauan kendaraan per pengisian baterai yang masih pendek,” kata dia.

“Masyarakat juga belum tahunya berapa total biaya kepemilikan EV, logika biaya yang dibayar di muka untuk membeli kendaraan, biaya operasional (energi atau biaya pengisian dan biaya pemeliharaan) hingga berapa nilai jual kembali EV,” lanjutnya.

Tak hanya itu, penyediaan infrastruktur seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dan penukaran baterai EV juga harus diperhatikan.

Baca juga: Bus Listrik Dinilai Belum Ideal untuk Layanan AKAP

Menurut Martinus, nilai positif kendaraan listrik saat ini baru terletak pada biaya operasional, sekitar 15 sampai 20 persen saja dari pengguna kendaraan bensin.

Untuk itu, penggunaan kendaraan listrik di Indonesia harus dibarengi dengan beberapa aspek agar masyarakat mau beralih dari mesin bensin ke teknologi elektrifikasi.

Seperti pengalihan subsidi dari BBM ke pembelian kendaraan listrik, atau PLN segera berbenah sistem grid terutama yang berkaitan dengan menggratiskan penambahan daya di masing-masing rumah. Sehingga baterai kendaraan listrik dapat diisi di rumah dengan biaya lebih murah pada saat idle capacity time PLN.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com