Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Butuh Rp 216,9 T untuk Industri Baterai Mobil Listrik

Kompas.com - 25/06/2021, 07:02 WIB
Ruly Kurniawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho memprediksi dibutuhkan setidaknya 15,3 miliar dollar Amerika Serikat (AS) untuk membangun proyek baterai kendaraan listrik secara end-to-end di dalam negeri.

Melalui investasi yang setara dengan Rp 216,9 triliun tersebut (kurs Rp 14.460), tercipta pabrik baterai cell berkapasitas 140 gigawatt hour (GWh) per tahun yang lengkap.

"Baik dari tambang, peleburan atau pemurnian, bahan kimia baterai, cell, daur ulang, sampai infrastruktur. Jadi itu kisaran investasi yang dibutuhkan secara keseluruhan atau end-to-end pada baterai EV," katanya di webinar Proespek dan Tantangan Industri Baterai Nasional, Kamis (24/6/2021).

Baca juga: Tren Kendaraan Listrik, Kemenperin Kebut Industri Baterai Litium

Ilustrasi tempat pengecasan mobil listrik.PIXABAY.com Ilustrasi tempat pengecasan mobil listrik.

Menurut Toto, salah satu sektor atau bagian yang membutuhkan dana besar ialah pembangunan pabrik baterai cell. Sebab, teknologi yang digunakan sudah presisi dalam menghasilkan suatu produk berkualitas dan konsisten.

Estimasi biaya capital expenditure (capex) yang dibutuhkan dalam pembangunan pabrik tersebut mencapai 6,73 miliar dollar AS.

Selain itu, pembangunan pabrik katoda juga membutuhkan biaya yang cukup tinggi, yakni sekitar 3,83 miliar dollar AS. Sedangkan untuk membangun pabrik smelter pengolah bijih nikel jadi nikel sulfat sekitar 2,6-2,7 miliar dollar AS.

"Yang paling mahal itu masuk ke katoda dan baterai cell karena di situ salah satu teknologi yang presisi sekali. Kalau saya lihat cara mereka bekerja untuk dapatkan konsistensi produk baterai dan kualitas itu hitung-hitungan toleransinya sudah mendekati nano meter," kata Toto.

Sisanya, kebutuhan investasi diperlukan untuk proyek tambang nikel senilai 160 juta dollar AS, pabrik daur ulang baterai 30 juta dollar AS, dan pengembangan energy storage system (ESS) senilai 40 juta dollar AS.

Baca juga: Kendala Driver Ojol Saat Ingin Punya Motor Listrik

Dibutuhkan setidaknya 15,3 miliar dollar Amerika Serikat (AS) untuk membangun proyek baterai kendaraan listrik secara end-to-end di dalam negeri. Dibutuhkan setidaknya 15,3 miliar dollar Amerika Serikat (AS) untuk membangun proyek baterai kendaraan listrik secara end-to-end di dalam negeri.

Sehingga, dibutuhkan kerja sama antar Kementerian, BUMN, swasta, serta akademisi untuk menyukseskan hal tersebut. Pasalnya, Indonesia saat ini memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam era kendaraan listrik.

"Kita memiliki sumber mineral yang banyak yaitu nikel dan kobalt. Di samping itu, pasar kendaraan Indonesia juga potensinya masih besar," ucap dia.

Dalam mengembangkan pabrik baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir, IBC bermitra dengan konsorsium LG dari Korea Selatan dan konsorsium Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) dari China.

IBC sendiri dibentuk oleh empat BUMN yaitu Mining and Industry Indonesia (Mind ID), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam).

Baca juga: Bukan Dongeng, Pabrik Baterai Mobil Listrik LG Dibangun di Indonesia Juli 2021

Ilustrasi baterai mobil listrik LG Chemhttps://www.caixinglobal.com/ Ilustrasi baterai mobil listrik LG Chem

"Sedangkan yang akan dilakukan IBC pada end-to-end pertama di mining, yang dominan nanti adalah Antam dan Mind ID. Kemudian pada cathode battery precursor, diisi Mind ID dan Pertamina," kata Toto.

"Sebab, saya lihat proses di sana banyak yang mirip seperti pabrik-pabrik Pertamina," tambahnya.

Ketiga, untuk EV battery cell & pack, ada Pertamina dan PLN yang akan melakukan pengembangan secara bersamaan. Kemudian di sisi energy storage system yang dominan adalah PLN, termasuk menyuplai energi listriknya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com