Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Optimisme Indonesia Bangun Ekosistem Industri EV Terbesar di ASEAN

Kompas.com - 02/02/2021, 09:51 WIB
Stanly Ravel

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Tim Percepatan Pengembangan Proyek Baterai Kendaraan Listrik Agus Tjahjana Wirakusumah mengatakan, pengembangan ekosistem industri baterai secara terintegrasi dari hulu hingga hilir, memiliki nilai investasi yang besar.

Berdasarkan hasil perbandingan atau benchmarking, untuk kapasitas sebesar 140 gigawatt hours (GWh) investasinya sekitar 13,4 miliar dollar Amerika Serikat sampai 17,4 miliar dollar Amerika Serikat. Bila dicairkan, kurang lebih setara Rp 187,5 triliun sampai Rp 243,6 triliun.

"Rencana keseluruhan value chain ekosistem industri baterai electric vehicle (EV) ini akan dilaksanakan baik oleh masing-masing BUMN atau melaui joint venture company dengan mitra internasional," ucap Agus dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (1/2/2021).

Baca juga: 4 BUMN Gotong Royong Siapkan Pabrik Baterai Kendaraan Listrik

Menurut Agus, Indonesia punya material bahan baku utama dan terpenting guna pembuatan baterai, seperti nikel, mangan, alumunium, dan kobalt. Bahkan, punya 30 persen dari cadangan nikel dunia.

Ilustrasi mobil listrikSHUTTERSTOCK/PAUL CRAFT Ilustrasi mobil listrik

Keempat BUMN yang ditugaskan mengembangkan pembangunan industri kendaraan listrik berbasis baterai, memiliki perannya masing-masing.

MIND ID dengan Antam, berperan menyediakan biji nikel sebagi bahan baku hulu sampai bahan antara baterai EV. Mulai dari pengolahan bijih, menjadi prekursor, lalu menjadi katoda baterai.

"Pertamina yang memiliki lebih dari 7.000 SPBU akan berperan sebagai manufaktur produk hilir seperti pembuatan baterai pack, baterai cell, dan energy storage system (ESS)," kata Agus.

Baca juga: Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Bikin Indonesia Naik Kelas

Pertamina resmikan SPKLU komersial pertamanya di FatmawatiPertamina Pertamina resmikan SPKLU komersial pertamanya di Fatmawati

Semetara PLN, berperan dalam penyediaan infrastruktur pengisian daya, seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), serta integrator Energy Management System (EMS).

Untuk fasilitas daur ulang, Agus mengatakan sementara ini akan dilakukan oleh PT Nasional Hijau Lestari.

Baca juga: Kendaraan Listrik Diklaim Mampu Tekan Impor BBM

Namun demikian, penjajakannya baru saja dilakukan dan akan mulai bergabung sekitar empat sampai lima tahun mendatang, saat populasi kendaraan listrik mulai ramai dan dirasa sudah memerlukan proses daur ulang.

Bagian sasis, mesin, motor elektrik, baterai dari Mitsubishi Outalder PHEV.KOMPAS.com/Agung Kurniawan Bagian sasis, mesin, motor elektrik, baterai dari Mitsubishi Outalder PHEV.

"Bila industri baterai ini terbangun, ditambah dengan pasar otomotif domestik yang potensinya terbesar, maka Indonesia memiliki potensi terbesar di antara negara ASEAN untuk membangun ekosistem industri EV," ucap Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com