Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakai BBM Oktan Tinggi Tak Selamanya Baik buat Mesin

Kompas.com - 29/06/2020, 17:01 WIB
Dio Dananjaya,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sejumlah pemilik kendaraan tak jarang mengisi bahan bakar dengan angka oktan yang lebih tinggi dari rekomendasi standarnya. Beberapa beralasan, performa mesin akan lebih terasa, dan secara efisiensi akan lebih baik.

Namun mengisi BBM dengan spek lebih tinggi, ternyata punya efek negatif pada mesin. Salah satunya justru timbul banyak kerak dan sisa karbon di ruang pembakaran.

Misalnya untuk kendaraan dengan BBM rekomendasi RON 90, tapi malah diisi dengan BBM dengan RON 98.

Baca juga: Penasaran Apakah Oli Mesin Bisa Basi, Ini Jawabannya

Pertamax Turbo sudah tersedia di 134 SPBU di Jabodetabek.Pertamina Pertamax Turbo sudah tersedia di 134 SPBU di Jabodetabek.

“Performa mesin akan berkurang, yang jelas bisa menyebabkan emisi tidak sesuai yang diharapkan,” ujar Endro Sutarno, Technical Service Division PT Astra Honda Motor, dalam diskusi virtual (27/6/2020).

“Kalau nilai oktan terlalu tinggi, maka bahan bakarnya tidak akan terbakar dengan sempurna,” katanya.

Kejadian penurunan performa, sampai emisi yang terlalu pekat, ternyata juga bisa dialami oleh kendaraan roda empat.

Baca juga: Industri Otomotif Terancam Syok Suplai

Kapasitas tangki BBM tiap mobil berbeda-bedadrivespark.com Kapasitas tangki BBM tiap mobil berbeda-beda

Nurkholis, National Technical Leader PT Toyota Astra Motor, mengatakan, pembakaran BBM tidak akan sempurna saat nilai oktan yang dikandung lebih rendah atau lebih tinggi dari rekomendasi pabrikan.

Menurutnya, pabrikan menyarankan nilai oktan sesuai rekomendasi agar pembakaran BBM dapat dikontrol. Indikator pembakaran yang bisa dikontrol adalah saat bensin terbakar habis waktu proses pengapian.

“Kalau tidak terbakar secara sempurna, maka akan ada sisa-sisa partikel yang tidak habis terbakar. Sisa pembakaran itu akan berefek pada emisinya, sensornya tertutup kerak dan lain sebagainya,” ucap Nurkholis.

Baca juga: Jangan Maksa Ikut Tren Pasang Partisi pada Mobil

Petugas SPBU Shell mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Shell V-Power ke mobil BMW 520i Luxury saat acara flag-off dari BMW Driving Experience di SPBU Shell, Jalan Gatot Subroto, Menteng Dalam, Jakarta, Senin (12/3/2018). Program BMW Driving Experience merupakan kegiatan untuk menempuh lima kota besar sejauh 900 kilometer dengan mengendarai BMW Seri 5, salah satunya BMW 520i Luxury yang memiliki mesin 4-silinder BMW TwinPower Turbo serta memakai bahan bakar berkualitas.KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG Petugas SPBU Shell mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis Shell V-Power ke mobil BMW 520i Luxury saat acara flag-off dari BMW Driving Experience di SPBU Shell, Jalan Gatot Subroto, Menteng Dalam, Jakarta, Senin (12/3/2018). Program BMW Driving Experience merupakan kegiatan untuk menempuh lima kota besar sejauh 900 kilometer dengan mengendarai BMW Seri 5, salah satunya BMW 520i Luxury yang memiliki mesin 4-silinder BMW TwinPower Turbo serta memakai bahan bakar berkualitas.

Selain itu, efek menggunakan bensin beroktan tinggi pada mesin dengan kompresi rendah, yaitu terjadinya fuel dilution. Atau terjadinya percampuran oli dengan bahan bakar.

“Sisa bensin yang tidak terbakar bisa menyusup ke bak oli melalui celah piston,” kata Tri Yuswidjadjanto Zaenuri, Ahli Konversi Energi dari Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung, dalam kesempatan yang sama.

Kondisi ini membuat oli semakin encer dan terjadi perubahan warna serta aroma pada oli. Alhasil oli tidak dapat melumasi mesin dengan sempurna.

“Oli yang sudah encer sudah tidak mampu membentuk lapisan film, sehingga oli enggak mampu melindungi geseka antar komponen di dalam mesin. Lama-kelamaan komponen yang tidak terlumasi dengan baik bisa rusak bahkan jebol,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com