Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendaraan Masa Depan Itu Justru jadi Andalan di Papua

Kompas.com - 15/04/2018, 08:10 WIB
Alsadad Rudi,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

Jakarta, KOMPAS.com - Di sebagian besar wilayah Indonesia, produk bahan bakar minyak (BBM) relatif masih cukup mudah ditemui. Tak heran sepeda motor bermesin konvensional masih jadi alat transportasi favorit sebagian besar warga.

Namun tidak demikian dengan di Papua, tepatnya Kota Agats, Kabupaten Asmat. Langka dan mahalnya BBM di sana membuat penduduk setempat lebih menyukai kendaraan yang teknologinya diprediksi akan digunakan secara masif di masa depan, yakni motor listrik.

Baca juga : Tokoh Papua: BBM Mahal di Pengecer, Langka di Penyalur Resmi

Saat kunjungan kerjanya ke wilayah tersebut pada Kamis (12/4/2018), Presiden Joko Widodo sempat menjajal mengendarai motor listrik milik warga setempat. Motor yang digunakan Jokowi diketahui bermerek Wim Motor.

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara menaiki motor listrik saat blusukan di jalanan Kota Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, Kamis (12/4/2018).KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara menaiki motor listrik saat blusukan di jalanan Kota Agats, Kabupaten Asmat, Provinsi Papua, Kamis (12/4/2018).

Dalam industri sepeda motor nasional, nama Wim Motor bisa dianggap kurang familiar. Namun unit usaha yang dimiliki produsen sepeda dan mainan anak Wim Cycle ini ternyata sudah rutin mendistribusikan produk motor listriknya di Bumi Cenderawasih.

Pabrik Wim Motor sebenarnya berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Namun Wim hanya memfokuskan Papua sebagai wilayah pemasaran karena tingginya permintaan di wilayah paling timur Indonesia ini.

Baca juga : Jonan: Sudah Saatnya Indonesia Beralih Gunakan Mobil Listrik

"Kalau di Jawa masih jarang," ucap Sales and Marketing Wim Motor Wenson kepada Kompas.com, Jumat (13/4/2018).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menjajal motor listrik buatan Viar Dok Kementerian ESDM Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menjajal motor listrik buatan Viar

Kiprah Wim Motor di Papua bisa dibilang tidak sengaja. Semua berawal saat mereka mendistribusikan produk motor listriknya di toko-toko yang ada di Surabaya beberapa tahun lalu.

Wenson menuturkan, Surabaya merupakan tempat favorit warga Papua untuk berbelanja kebutuhan pokok dalam jumlah besar. Kebiasaan yang kemudian membuat produk Wim dibeli salah satu warga untuk dibawa ke daerahnya.

Baca juga : Logam Tanah Jarang Jadi Harapan Indonesia Mengembangkan Mobil Listrik

Cerita dari mulut ke mulut di Papua membuat semakin banyak warga yang memesan motor listrik buatan Wim. Pola penjualan tidak dilakukan dengan membuka jaringan diler. Tetapi lewat distributor lokal yang ada di sana.

Menaker M Hanif Dhakiri mencoba motor listrik seusai apel bulan K3 di PLTU Air Anyir Bangka.kompas.com/heru dahnur Menaker M Hanif Dhakiri mencoba motor listrik seusai apel bulan K3 di PLTU Air Anyir Bangka.

Saat ini, Wenson menyebut rata-rata penjualan motor listrik Wim di Papua bisa mencapai kisaran 300-400 unit per tahun. Tiap unit dijual dengan banderol harga Rp 12 juta hingga Rp 14 juta.

Produk buatan Wim adalah motor listrik berkekuatan 800 hingga 1.000 watt. Kapasitas yang disebut Wenson dapat membuat motor listrik dapat digunakan untuk menunjang aktivitas harian.

Baca juga : Sulit ?Merdeka? di Era Kendaraan Listrik, Kecemasan Anak Bangsa

"Watt besar paling laku di Papua. Karena dipakai untuk harian. Kalau di Jawa atau pulau lain, yang dicari masih yang watt-nya kecil," pungkas Wenson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com