Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Volkswagen Indonesia Masih Berharap Punya Pabrik CKD

Kompas.com - 25/02/2018, 12:02 WIB
Febri Ardani Saragih,
Azwar Ferdian

Tim Redaksi

Tangerang, KOMPAS.com – Walau sudah diputuskan investasi Volkswagan AG untuk pabrik perakitan CKD di Indonesia ditunda pada 2016 lalu, Garuda Mataram Motor (GMM) sebagai pemegang merek Volkswagen dan Audi di dalam negeri, masih berharap suatu saat bukti komitmen kuat itu bisa terbukti.

Head of Sales & Marketing and Member of Board of Management Volkswagen AG Christian Klinger pernah mengunjungi Indonesia pada 2013 lalu membahas investasi pabrik dengan pemerintah. Rencananya, Grup Volkswagen mau mendirikan pabrik berkapasitas 80.000 unit per tahun di Indonesia.

Rencana itu menguap setelah Volkswagen AG bermasalah dengan kasus dieselgate di Amerika Serikat dan menjalar ke negara-negara lain. Kasus kecurangan pada mesin diesel itu, yang dianggap sebagai masalah terbesar sepanjang sejarah otomotif global, terungkap pada 2015.

Baca: Investasi Pabrik VW di Indonesia Resmi Ditunda

Salah satu proses perakitan model Volkswagenautoevolution Salah satu proses perakitan model Volkswagen

“Berharap tidak boleh putus, tapi realisasinya bisa lain cerita. Tetapi kami kerjakan dan tetap berkeyakinan suatu saat kami akan mempunyai yang kami sebut pabrik perakitan ataupun mimpi Volkswagen harganya bisa lebih murah lagi,” kata Jonas Chendana, Chief Operation Officer GMM di Tangerang, Sabtu (24/2/2018).

Walau belum jadi investasi, Jonas mengatakan merek Volkswagen dan Audi tetap bertahan di Indonesia. Berbagai macam program masih berjalan yang jadi penanda aktivitas.

Johan mengatakan sedikit banyak pengaruh dieselgate mempengaruhi investasi Volkswagen AG di Indonesia. Menurutnya, setelah Volkswagen AG berganti manajemen, strategi tidak seperti dulu lagi.

“Waktu itu memang poinnya dengan manajemen lama speed kencang, tetapi ketika masalah itu mencuat mereka mengerem dan repositioning. Mereka pun di sana kelihatannya mengganti haluan menurut saya, yang tadinya kencang sekarang agak slow,” ucap Johan.

“Tetapi secara potensi pasar, Asia Tenggara tetap menjanjikan. Mungkin fokus atau strategi yang berubah. Saya tidak bisa kasih komentar karena mereka juga tidak berbagi ke kami. Yang pasti kami terus berharap,” katanya lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com