Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Menjadi Pemburu Ranjau Paku, Nyawa Taruhannya

Kompas.com - 17/11/2017, 10:22 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif - Menjadi pemburu ranjau paku dan jari-jari payung bukanlah hal yang mudah. Selain risiko kecelakaan, ancaman dari pihak-pihak yang merasa bisnisnya terusik pun kerap datang.
 
Abdul Rohim, penggagas Komunitas Relawan Sapu Bersih (Saber) ranjau paku menceritakan, beberapa kali harus berhadapan dengan orang yang berusaha mencelakainya ketika menyisir jalanan dari ranjau paku.
 
"Dari awal aktif pertama kali memungut paku di jalanan, waktu itu pernah lagi mungutin paku di jalan deket Taman Kota, saya mau dikeroyok," tutur Rohim saat ditemui di kediamannya di bilangan Pedongkelan, Cengkareng Timur, Jakarta Barat, Rabu (15/11/2017).
 
 
Dia mengatakan, upaya pengeroyokan itu dilakukan oleh dua orang. Keduanya berboncengan mengendarai satu sepeda motor tanpa mengenakan helm. Dari jarak yang tidak jauh dengan dirinya, para pelaku meneriakan ancaman.
 
"Woy, lu cari mampus" ucap Rohim menirukan teriakan pelaku saat itu.
 
Paku dan potongan jari-jari payung yang menempel pada magnet, hasil penyisiran Abdul Rohim di sejumlah ruas jalan raya pada Rabu (15/11/2017).Fachri Fachrudin Paku dan potongan jari-jari payung yang menempel pada magnet, hasil penyisiran Abdul Rohim di sejumlah ruas jalan raya pada Rabu (15/11/2017).
 
Teriakan itu tak dihiraukannya, Rohim mengaku terus memunguti paku-paku yang bertebaran di jalan. Para pelaku itu pun menancap gas motornya ke arah Rohim.
 
Ketika berpapasan, pelaku yang duduk di bangku belakang berupaya menendang. "Tapi untungnya enggak kena, saya menghindar," kata Rohim.
 
Tak puas sampai di situ, pelaku itu berhenti dan menaruh motornya di tepi jalan. Kemudian, berjalan menghampirinya.
 
 
"Akhirnya, saya berhadap-hadapan sama dia (pelaku), saya siap-siap saja, saya fikir yasudah kalau ini berantem jadinya," tutur Rohim.
 
Rohim mengatakan, saat itu banyak pengendara yang melintas namun tidak berani mendekat. Rohim menduga, orang-orang yang melintas di jalanan tersebut takut menghadapi para pelaku jika terlibat percekcokan. Beberapa menit terjadi adu mulut, namun akhirnya pelaku kabur melarikan diri.
 
Komunitas Saber (Sapu Bersih) menggelar ranjau paku yang mereka kumpulkan selama beberapa tahun terakhir di Bundaran Hotel Indonesia, Minggu (7/8/2016). Paku sebanyak 1,5 ton ini dihadirkan untuk menyadarkan masyarakat tentang bahaya ranjau paku yang masih marak di Jakarta.KOMPAS.com/ANDRI DONNAL PUTERA Komunitas Saber (Sapu Bersih) menggelar ranjau paku yang mereka kumpulkan selama beberapa tahun terakhir di Bundaran Hotel Indonesia, Minggu (7/8/2016). Paku sebanyak 1,5 ton ini dihadirkan untuk menyadarkan masyarakat tentang bahaya ranjau paku yang masih marak di Jakarta.
 
Selain itu, lanjut Rohim, sekali waktu ketika melakukan penyisiran bersama dengan anggota komunitas Saber, dirinya ditabrak pengendara motor yang melintas kencang.
 
"Nabrak saya, saya jatuh ke belakang, bocor kepala saya terus dijahit 12 jahitan di kepala. Saat itu saya dibawa ke Rumah Sakit di daerah Tarakan. Tadinya pelaku mau kabur, tapi diamankan teman-teman. Akhirnya diselesaikan musyawarah," kata Rohim.
 
Sejak awal, Rohim mengakui bahwa kegiatan yang dilakukannya sangat berisiko.  Meskipun demikian, hal itu tetap dilakukan hingga kini.

"Memang risikonya selain dari pengendara lalu lintas, juga dari oknum. Anggota Saber lainnya juga mengalami teror intimidasi," ujarnya.

Baca juga : Rawan Ranjau Paku, Hati-hati Melintasi Jalan Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com