Jakarta, KompasOtomotif - Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) sukses melahirkan 32 sumber daya manusia (SDM) siap saji untuk industri otomotif. Hasil ini didapat dari lulusan kedua Toyota Indonesia Akademi (TIA) yang menjalankan program manufaktur mengenai Teknik Pemeliharaan Mesin Otomatis dengan predikat Diploma 1 (D1).
Menariknya, para lulusan akademi Toyota ini bukan hanya mampu langsung dipekerjakan, tapi juga diklaim bisa meningkatkan efisiensi perusahaan.
Bob Azam, Direktur Administrasi, Corporate, & External Affairs TMMIN, menjelaskan, para lulusan TIA juga memiliki kemampuan untuk membuat inovasi yang menguntungkan bagi perusahaan tempat mereka bekerja, hasil ini sudah dibuktikan dari angkatan pertama TIA.
"Para alumni tahun pertama sudah banyak membuat inovasi di tempat mereka bekerja. Kalau bicara soal benefit, sudah pasti sangat menguntung dengan menerima mereka (lulusan TIA), baru satu tahun bekerja mereka sudah bisa melakukan pengamatan satu juta sehari, kalau dikalikan satu tahun itu setara dengan satu Sienta," ucap Bob di Karawang, Jawa Barat, Rabu (30/8/2017).
Baca : Toyota Buka Program Diploma 2
Menurut Bob, salah satu tujuan Toyota fokus dalam mengembleng SDM berkualitas di bidang industri otomotif memang untuk menciptakan efisiensi. Selama ini, inefisiensi menjadi masalah besar dalam bidang manufaktur yang bisa memperlambat produktifitas.
Bob menjelaskan bila masalah perawatan tidak bagus, seperti kualitas perawatan mesin produksi di pabrik yang selalu terganggu bisa membuat perlambatan. Untuk logistik, bila pengiriman suku cadang untuk membuat suatu mobil tidak tepat waktu karena tidak baik manajemennya juga akan membuat masalah, sementara untuk kualitas sendiri untuk menjaga dan meminmalis hasil produksi sehingga tidak ada repair barang.
Baca : Toyota Siapkan Baterai Baru buat Mobil Listrik
"Contoh kalau kita mau produksi Kijang, itu kan ada 3.000 komponen dari pemasok lokal dan luar negeri, itu ada ilmu logistiknya agar sampai tepat waktu, karena kami kan sistemnya just in time, tidak boleh ada stok. Mulai dari perencanaan, packing, ekspor dan impor, kemudian unboxing, bagaimana suplai dalam pabrik agar part-part tidak overflow, karena bila sampai begitu (overflow) itu membuat cost lagi, jadi tidak efisien. Kalau dijumlahkan ketiga masalah tadi menyebabkan inefisiensi hingga 40 persen," ujar Bob.
Ijiwaru
"Kurikulum kita untuk masalah perawatan itu 80 persen bicara soal troubleshooting, semua alat peraga atau modul di tempat kami itu memang dirancang dalam kondisi yang tidak normal. Dalam bahasa Jepang istilahnya itu Ijiwaru tes, mereka harus bisa mengetahui apa masalah dan menyelesaikannya dalam waktu singkat. Saat mereka melihat ubnormality mereka langsung tanggap, sensitifnya itu memang beda," kata Amirul Chusni, Direktur TIA.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.