Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jurus Aliansi Nissan untuk Jadi Nomor Satu Dunia

Kompas.com - 10/07/2017, 09:42 WIB
Ghulam Muhammad Nayazri

Penulis

Yokohama, KompasOtomotif – Kapten kapal aliansi Nissan, Carlos Ghosn, optimistis kalau persekutuannya bisa menjadi produsen mobil terbesar tahun ini. Mereka akan menggunakan skala besarnya untuk memangkas biaya engineering dan belanja perusahaan.

Untuk bisa mencapai angka tertinggi, penjualan gabungan Renault, Nissan dan Mitsubishi ini tentunya harus bisa melebihi volume Volkswagen dan rival senegara Toyota. Ini dikatakan Ghosn pekan lalu pada rapat umum pemegang saham Nissan, melansir Autonews, Minggu (9/7/2017).

"Berdasarkan data penjualan dari tiga bulan pertama tahun ini, kami memperkirakan aliansi bisa menjadi grup otomotif terbesar pada pertengahan tahun," kata Carlos Ghosn, yang saat ini juga sebagai chairman Mitsubishi dan Renault.

"Ini tidak pernah menjadi tujuan, tapi itu harus memberi kami kepuasan besar. Langkah selanjutnya adalah memanfaatkan skala kami dengan cara yang memperkuat daya saing," tutur Ghosn.

Aliansi tersebut mengklaim, mereka memiliki keunggulan yang sehat sebagai produsen mobil papan atas dunia. Pada akhir kuartal pertama, penjualan retail mobil penumpang dan penjualan kendaraan komersial ringan naik 7,9 persen, atau menjadi 2,65 juta unit, meliputi Renault, Nissan, Mitsubishi dan mitra Rusia AvtoVAZ.

Toyota membuntuti di nomor 2, dengan pertumbuhan 2,9 persen atau sebanyak 2,49 juta dalam tiga bulan pertama. Sementara Volkswagen, membulatkan tiga besar dengan volume 2,45 juta kendaraan pada periode yang sama, dengan penurunan 0,7 persen.

Keuntungan

Ghosn menambahkan, kalau aliansinya bakal menuai banyak peningkatan keuntungan melalui tiga cara, seperti perampingan biaya bersama, memanfaatkan kendaraan komersial ringan, dan berinvestasi dalam teknologi masa depan.

Di sisi biaya bersama, Ghosn menargetkan ada penghematan sebesar 5,5 miliar euro atau Rp 84 triliun pada 2018, atau naik dari 4,3 miliar euro, setara dengan Rp 65,7 miliar di 2015.

Pada 2020, sekitar 70 persen kendaraan aliansi akan diproduksi menggunakan basis common platform. Itu akan mengurangi biaya pengadaan rata-rata 30 persen per mobil, dan menebang anggaran engineering sekitar 40 persenan per unit.

Unit bisnis kendaraan komersial ringan baru, yang diumumkan pada Maret 2017 lalu, bakal memperluas jangkauan aliansi ke segmen ini, memanfaatkan keahlian Renault di segmen van, Nissan di pikap dan SUV pada Mitsubishi.

Aliansi tersebut akan berinvestasi di tiga teknologi generasi mendatang, seperti drivetrains bertenaga listrik, otonomos dan car connectivity. "Model operasi aliansi, memungkinkan kami mengembangkan teknologi di setiap domain untuk masing-masing pasar tanpa kompromi atau kecacatan," ucap Ghosn.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com