Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agung Kurniawan
Jurnalis

Asisten Editor Otomotif Kompas.com

kolom

Kendaraan Perdesaan, Kesempatan atau Spekulan?

Kompas.com - 19/06/2017, 08:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAgung Kurniawan

Jakarta, KompasOtomotif –  Pelan tapi pasti Indonesia terus mengejar mimpi besar menciptakan industri otomotif nasional. Setelah sempat membahana soal proyek Esemka, mobil penumpang yang sempat melambungkan nama Joko Widodo dari Walikota Solo, menjadi figur nasional, kini strategi coba di-rekonstruksi ulang, menyasar segmen baru.

Institut Otomotif Indonesia (IOI) terus mengejar mimpi besar, yakni menciptakan embrio industri otomotif nasional. Ketimbang masuk arus mainstream, bersaing di segmen kendaraan penumpang, lembaga yang berstatus sebagai pusat riset dan peneliti otomotif Indonesia ini memilih mengembangkan segmen baru, kendaraan perdesaan.

“IOI merupakan lembaga yang berfungsi melakukan pemetaan, pengembangan industri otomotif di Indonesia. Lewat manusia, kompetensi, sertifikasi, mesin, teknologi, termasuk peralatan dalam produk dan proses produksi. Tujuan akhirnya kami akan punya pabrikan lokal, prinsipal lokal nantinya,” kata I Made Dana Tangkas, Presiden IOI di Jakarta, Jumat (16/6/2017).

Sesaat melamunkan mimpi besar ini, keinginan IOI terbilang logis, ketimbang ambisi besar Proton di Malaysia yang memilih “mencuri” start dengan membeli lisensi dari Mitsubishi pada 1983 lalu. Buktinya, setelah tiga dekade mencoba bertahan dengan berbagai proteksi yang diciptakan pemerintah Malaysia, Perusahaan Otomobil Negara (Proton) harus rela diakuisisi DRB-HICOM pada Januari 2012 dari tangan negara.

Terakhir, Mei 2017, Proton diumumkan melego 49,9 persen sahamnya ke Zhejiang Geely Holding Group Co demi suntikan dana. Perusahaan yang sempat memproduksi 600.000 unit kendaraan setahun ini, saat ini nyaris bangkrut. Kini, lewat mitra baru dan dana segar, Proton kembali berusaha bersaing di kancah otomotif global.

dailynewsegypt.com Logo Proton.

Indonesia Mencontoh

Sebenarnya, Indonesia pernah mencontoh apa yang dilakukan Proton di Malaysia. Tentu, pernah mendengar proyek ambisius putra bungsu dari Presiden RI kedua, Suharto, Hutomo Mandala Putra, lewat merek Timor. Sang kakak, Bambang Trihatmojo juga tak mau ketinggalan menggarap merek Bimantara. Kedua merek “mobnas” ini eksis di Indonesia sekitar 1995.

Baik Timor maupun Bimantara, memanfaatkan pasokan langsung dari produsen otomotif asal Korea Selatan, Hyundai dan Kia. Awalnya memang impor utuh (completelty built up/CBU) dulu, tetapi di dalam negeri juga sudah menyiapkan proses perakitan yang nantinya bakal jadi basis produksi.

Tetapi, perusahaan otomotif asal Jepang yang sudah menanamkan investasinya di Indonesia sejak 1970 merasa terusik. Alhasil, surat aduan melayang ke World Trade Organization (WTO) terkait kedua merek “lokal” itu karena dianggap melanggar kaidah perdagangan bebas, di mana Indonesia sudah tergabung di dalamnya.

Akhirnya, pada 22 April 1998, Dispute Settlement Body WTO memutuskan bahwa program mobnas melanggar asas perdagangan bebas, karena dianggap Cuma menguntungkan pihak Korsel terkait munculnya dua merek itu. Akibat kasus ini, konsep mobil nasional kembali buyar dan nyaris hilang dari Bumi Pertiwi.

Aris FH/KompasOtomotif Pameran desain calon mobil perdesaan bergulir di Bali, Kamis (9/3/2017).

Konsep dari Embrio

Lewat pengalaman buruk dan kebutuhan investasi yang sangat besar untuk membeli lisensi dari prinsipal otomotif asing, IOI mencoba menyisir kemampuan otomotif nasional mulai dari industri komponen lokal. Mengapa kendaraan perdesaan, karena segmen ini belum diminati merek asing dan potensinya besar di Indonesia.

“Prinsipnya IOI bersinergi penuh dengan Kementerian Perindustrian. Seluruh elemen akan kita rangkul, mulai dari Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia), GIAMM (Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor), AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia), karoseri, dan sebagainya,” ucap Made dana. Termasuk Koperasi Industri Komponen Otomotif Indonesia (Kikko), lanjut Made, sudah tercatat sekitar 100 industri kecil pemasok komponen akan jadi data inventaris.

Lewat proyek kendaraan perdesaan ini, para industri komponen lokal yang semula berstatus tier 2 dan 3, akan didongkrak kemampuannya menjadi tier 1. Pengetahuan dan riset yang dibutuhkan untuk menaikan status akan ditopang oleh Kementerian Perindustrian dan IOI.

Salah satu tujuan utama IOI, adalah menciptakan sistem penggerak kendaraan (power train), utamanya adalah mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang selama ini digunakan pada mobil-mobil konvensional. Pasalnya, selama ini teknologi power train, khususnya pembuatan mesin masih dikuasai oleh asing dan belum ada rencana mau dialihkan ke dalam negeri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com