Soal “Mobil Hijau”, Merek Jepang Kejar Ketinggalan di China

Tokyo, KompasOtomotif – Pemerintah China awal pekan ini baru saja mencabut pembatasan usaha patungan, antara perusahaan mobil asing dan domestik. Sebelumnya merek mobil asing hanya boleh mmembentuk operasi gabungan dengan maksimal dua rekan usaha di China.

Namun, mengutip Nikkei, Rabu (15/6/2017) mereka saat ini diperbolehkan untuk membangun kemitraan baru (ketiga) dengan pembuat mobil lokal, jika melibatkan proyek mobil ramah lingkungan (listrik atau hybrid).

Deregulasi pemerintah China ini membuka jalan untuk kemitraaan baru dan peluang bagi produsen mobil Jepang, demi meningkatkan produksi kendaraan listrik.

China saat ini menjadi pasar kendaraan listrik terbesar di dunia. Namun, produsen mobil Jepang cukup tertinggal dari merek-merek Eropa dan Amerika. Hanya Nissan Motor, satu-satunya produsen Jepang yang menawarkan kendaraan listrik Leaf, di mana usaha patungan Nissan China sejauh ini terbatas pada satu perusahaan saja, Dongfeng Motor.

Pengetahuan (know-how) yang dibutuhkan untuk memproduksi dan menjual kendaraan listrik berbeda dengan mobil bensin. Jadi bekerja sama dengan mitra lokal, akan cukup bagi merek asing khususnya Jepang, menggali informasi soal pasar lokal, dan ini harus menjadi cara efektif menangkap gelombang pertumbuhan pasar.

Mulai tahun 2018, pemerintah China mewajibkan merek mobil menjual kendaraan listrik dan plug-in-hybrid dengan proporsi tertentu. Melihat kondisi tersebut, respons merek Jepang akan sangat penting, dan mereka harus mempercepat kemajuan produksi “green car”.

Tahun depan, Toyota Motor akan memperkenalkan plug-in-hybrid, sementara Honda Motor bakal meluncurkan kendaraan listrik. Saat ini, banyak produsen Jepang memiliki usaha patungan produksi dan penjualan dengan dua mitra lokal, seperti salah satunya aliansi Toyota dengan FAW Group dan Guangzhou Automobile Group. 

Menurut konsultan di Arthur D. Little Japan, di sini lah strategi pembuat mobil Jepang akan sangat diuji.