Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyesatkan Diri dengan Mercedes-Benz GLA 200

Kompas.com - 14/06/2017, 03:02 WIB
Wisnubrata

Penulis

SINGAPURA, KompasOtomotif - Arloji menunjukkan pukul 09.00 saat kami tiba di Mercedes Benz City Store, TREC Kuala Lumpur, Jumat (9/6/2017). Hari ini adalah jadwal Urban Hunting, di mana kami akan berkendara dari Kuala Lumpur, Malaysia, menuju Singapura menggunakan jagoan baru Mercedes Benz.

Pagi itu, halaman City Store dipenuhi mobil Mercedes berbagai type. Karena jumlah rombongan cukup banyak, terdiri dari wartawan, blogger, influencer, dan undangan lain, maka Mercedes menyediakan sekitar 120 mobil berbagai seri untuk perjalanan itu.

Jarak yang akan kami tempuh sekitar 420 kilometer, dan ada beberapa pemberhentian di mana kami bisa mengisi bahan bakar buat mobil dan juga buat perut kami.

Sebelum berangkat, Mark Raine, Vice President, Marketing & Sales, Mercedes-Benz Malaysia memberi arahan yang intinya menganjurkan agar kami menikmati perjalanan itu.

“Silakan mencoba mobil-mobil ini, rasakan kenyamanannya dan nikmati perjalanan. Gunakan map, namun jika Anda tersesat, nikmati saja,” ujarnya.

Beberapa hal lain juga disampaikan terkait soal teknis, seperti di mana kami harus mengisi bahan bakar, di mana berhenti makan, apa yang harus dilakukan saat memasuki negara Singapura, dan lain-lain.

 

Aaron Lee Jajaran mobil Mercedes Benz yang akan dipakai dalam Urban Hunting Malaysia-Singapura
Model Terbaru

Saya dari KompasOtomotif termasuk salah satu yang beruntung bisa mencoba merek mewah asal Jerman ini melintasi Malaysia. Dalam hati saya bertanya-tanya, model yang mana yang akan saya kendarai dari ratusan mobil mewah yang diparkir di sisi jalan itu.

Mungkinkah saya mengendarai sedan seksi di jajaran depan yang memiliki pintu gullwing? Atau sedan mewah S Class dan C class? Atau SUV sporty yang gagah?

Akhirnya saya diberi tahu bahwa mobil yang akan saya pakai adalah mobil nomor 04, dan itu adalah SUV terbaru Mercedes yang baru akan diluncurkan di Indonesia, hari Kamis (15/6/2017), yakni GLA 200.

Crossover ini langsung memberi kesan sebagai kendaraan yang tinggi dan indah, dengan velg dan grill depan baru yang membuatnya tampak gagah. Saat masuk kabin, saya mendapati berbagai tombol dan peralatan yang memberi kesan mewah sekaligus bergaya.

Karena banyaknya pilihan di ruang kemudi, saya harus duduk beberapa menit di situ dan mempelajari apa saja yang harus saya tekan.

 

mercedes benz Versi stir kiri dari Mercedes GLA 200. Yang akan masuk ke Indonesia adalah versi stir kanan.
Hal pertama yang saya pelajari adalah bahwa tuas transmisi mobil ini tidak berada di sebelah kiri pengemudi, namun di kanan setir, tempat yang biasanya merupakan tuas lampu sein pada mobil Jepang. Jadi saya berkata pada diri saya, jangan sampai keliru menekannya, bisa-bisa mobil justru mundur...

Hal baru lain yang saya lihat adalah tombol start/stop untuk mengatur agar mesin mati saat kita berhenti dan menyala lagi ketika gas diinjak. Ini merupakan fitur yang berguna untuk menghemat bahan bakar.

Ada juga layar untuk navigasi dan mengatur hiburan dalam mobil, serta 5 lubang AC yang mencolok di dasbor, tiga di tengah, dan satu masing-masing di kiri dan kanan.

Setelah sekitar 30 menit persiapan, saat menyalakan mesin pun tiba. Cukup menekan tombol start dan mesin di bagian depan bergetar halus, nyaris tidak terasa. Stir terasa pas di genggaman tangan, dan tempat duduk seperti memeluk kita. Seat belt pun menyesuaikan sendiri kekencangannya membuat kita tetap nyaman bergerak, namun tetap aman. Tidak sabar rasanya untuk segera menjalankan mobil.

 

Aaron Lee Mencoba Mercedes Benz GLA 200 di acara Urban Hunting 2017
Ketika bendera-bendera start dikibarkan, mobil-mobil pun bergerak. Begitu gas diinjak, kekuatan 156 tenaga kuda pada mobil ini berderap, membuat pengemudi tak sadar melaju kencang.

Saya membayangkan bagaimana rasanya mereka yang mendapat mobil AMG dengan kekuatan 300 tenaga kuda lebih. Bila GLA 200 ini perlu 8,1 detik untuk mencapai kecepatan 100 km/jam dari 0, maka seri AMG GLA 45 hanya butuh 4,4 detik. Tak heran dalam sekejap mobil-mobil lain menghilang dari pandangan.

Saya yang awalnya berniat menikmati berkendara jadi ikut terpicu mencoba performa mobil ini. Apalagi mobil-mobil dengan nomor urut lebih besar sudah menyusul.

Dengan mudah GLA 200 mencapai kecepatan 150 kpj namun masih terasa stabil seolah kita berjalan dengan kecepatan 70 kpj. Andai tidak melihat speedometer, saya tidak akan sadar bahwa kecepatannya sudah setinggi itu.

Tersesat

Karena asyik menikmati mobil dan akibat aplikasi navigasi yang terlambat memberi tahu ke mana harus berbelok, saya dan dua rekan wartawan semobil sempat salah mengambil jalan meski belum satu jam berkendara.

Aaron Lee Pengawal bermotor yang mendampingi mobil-mobil Mercedes dalam Urban Hunting 2017
Bagian ini sedikit konyol karena di depan sebenarnya ada motor pengawal yang memberitahukan jalan. Namun karena kami percaya pada navigasi di ponsel, pengawal itu tidak kami hiraukan.

Barulah setelah beberapa saat tidak menemukan Mercedes lain, kami sadar telah keliru berbelok. Namun seperti kata Mark Reine, kami nikmati saja tambahan jarak itu. “Dengan tersesat saya bisa mengendarai mobil ini lebih lama,” batin saya.

Beberapa menit berlalu, dan kami akhirnya “kembali ke jalan yang benar”. Anggota rombongan lain sudah terlihat. Beberapa memang karena ingin menikmati mobil sehingga tidak ngebut, yang lain karena berhenti di jalan untuk berfoto-foto.

Selama berkendara saya merasakan, selain nyaman, Mercedes GLA 200 ini juga asyik. Ia memiliki ruang kemudi yang lega, kursi bisa diatur secara mudah menggunakan tombol-tombol di pintu, sedangkan pengemudi dengan gampang menjangkau semua alat pengaturan.

Dasbor dilengkapi sistem multimedia dengan layar berwarna 8 inci. Dari situ kita bisa memilih menikmati CD, radio, navigasi satelit, dan hiburan lainnya yang menghasilkan suara jernih. GLA 200 juga menyediakan koneksi dengan ponsel menggunakan bluetooth

Selain itu ada berbagai tempat untuk menyimpan barang, makanan, dan botol minuman, serta ada colokan charger di bagian depan dan belakang.

 

Aaron Lee Iring-iringan mobil Mercedes Benz bergerak menuju Singapura dalam Urban Hunting 2017
Pertanyaan lain terjawab saat hujan turun setelah kami menempuh jarak sekitar 200 kilometer: Wiper menyala otomatis saat kaca depan terkena air karena ada sensor di sana. Tadinya saya bertanya di manakah tuas untuk menyalakan wiper mengingat tuas kiri digunakan untuk menyalakan lampu sein.

Di samping menyala sendiri, kecepatan gerakan wiper menyesuaikan dengan derasnya hujan. Belakangan saya juga menyadari bahwa lampu depan xenon yang terang akan menyala secara otomatis saat sensor menyadari mobil berada di lingkungan yang gelap.

Saat kami menepi di rest area dan memarkir mobil, kamera belakang segera menyala begitu transmisi diarahkan mundur. Layar ini sangat memudahkan pengemudi memarkir mobil karena dilengkapi garis penunjuk mobil akan mengarah ke mana bila stir diputar.

Menjadi penumpang

Pada setengah perjalanan, saya gantian menjadi penumpang sementara rekan wartawan lain menyupir. Saat duduk di kursi belakang, saya menyadari ternyata desain kursi yang simpel membuat penumpang di belakang juga memiliki pandangan yang luas ke depan.

Selain itu, untuk ukuran orang Asia, ruang di belakang cukup lega untuk meluruskan kaki dan tidak membuat lutut kita beradu dengan kursi depan.

Di bagasi belakang, kita bisa menyimpan hingga tiga koper, sehingga mobil ini juga tepat rasanya dipakai sebagai mobil keluarga.

Dalam perjalanan menuju Singapura, kami sempat melewati jalan yang agak bergelombang dan aspal yang kasar. Namun suspensi pada GLA 200 ternyata membuat hal itu tidak menjadi masalah. Sedikit saja getaran yang terasa.

Sementara bila dipakai dalam kecepatan tinggi, ban mobil serasa stabil menjejak aspal sehingga mobil tidak terasa limbung atau pun goyang.

 

Aaron Lee Mengisi bahan bakar di tengah perjalanan menuju Singapura dalam Urban Hunting 2017
Selepas tengah hari, sebelum memasuki Singapura di perbatasan Woodlands, kami sempat beristirahat makan siang di Jalan Dhoby. Wilayah ini menurut orang setempat sedang populer karena makanan yang enak dan suasana “kota tua” yang klasik.

Kami lalu melanjutkan masuk Singapura sekitar pukul 15:00. Namun jalanan macet karena banyaknya mobil yang mengantre di imigrasi. Beruntung kami mengendarai mobil yang nyaman.

Untuk memasuki Singapura, selain ada pemeriksaan paspor dan surat-surat, mobil juga harus dicek. Kami harus membuka kap mesin dan mengurus ijin khusus pemakaian mobil yang disebut autopass.

Selama beberapa saat kami sempat bingung mencari tombol untuk membuka kap mesin. Ternyata banyak pengemudi lain yang sama tidak tahunya. Untung pihak Mercedes kemudian memberitahukan lewat grup bahwa tombol itu ada di bawah stir, sehingga kami dan petugas imigrasi bisa tersenyum lega.

Sayang saat sampai di Singapura masih banyak fitur yang belum kami coba, seperti cruise control, sistem warning dan pencegah tabrakan, sistem pemberi tahu bila pengemudi kelelahan atau mengantuk (fatigue alert), blind-spot assistance dan kontrol stabilitas elektronik.

Namun pengalaman sekitar 8 jam bersama Mercedes Benz GLA 200 ini cukup menggambarkan keunggulan mobil yang akan segera hadir di Indonesia, sesaat lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com