Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Ayrton Senna Kecelakaan Tragis

Kompas.com - 01/05/2017, 15:27 WIB
Donny Apriliananda

Penulis

Sao Paulo, KompasOtomotif – 23 tahun setelah kematiannya, mantan juara dunia Formula 1 Ayrton Senna hampir sama berharganya saat dia masih hidup. Situasi ini setidaknya bisa disaksikan di negara asalnya, Brazil.

Seperti sore itu, anak-anak sekitar usia 12 tahun berkumpul di lab komputer sebuah sekolah umum di Itatiba, kota kecil yang berjarak satu jam dari Sao Paulo.

Mereka belajar Scratch, sebuah perangkat lunak yang dikembangkan oleh pakar MIT yang bertujuan untuk mengajarkan kepada anak-anak bagaimana melakukan pengkodean komputer. Sebagian besar sekolah negeri di Brasil tidak memiliki pengkodean komputer dalam kurikulum mereka.

Memang, siswa dan staf di Itatiba tidak tertarik pada Formula 1. Namun, sebagian besar dari apa yang ada di kelas adalah bagian dari warisan pebalap legendaris Ayrton Senna, yang tewas dalam kecelakaan tragis selama Grand Prix San Marino, 1 Mei 1994 silam.

Kelas pengkodean adalah proyek yang dijalankan oleh Yayasan Ayrton Senna, organisasi non-pemerintah (LSM) yang didirikan oleh saudara perempuan Ayrton, Viviane beberapa bulan setelah kematiannya.

Sebagian besar uang untuk Yayasan berasal dari pengelolaan merek dan warisan pebalap kharismatik itu. Ya, Senna masih menjadi salah satu brand di dunia olahraga paling berharga di dunia.

Dalam lima tahun terakhir, yayasan tersebut mengumpulkan sekitar 1 miliar dolar Brasil alias 250 juta dolar AS, atau setara Rp 3,3 triliun! Semuanya dikelola oleh keluarga. CEO yayasan adalah Viviane, dan putrinya, Bianca Senna, adalah kepala divisi tertentu.

Yayasan menggunakan uang itu untuk mendanai proyek pendidikan ambisius, yang saat ini menjadi bisnis intinya.

BBC Salah satu produk yang eksis dengan menggunakan lisensi nama mendiang Ayrton Senna.
Masih menarik
Ayrton Senna masih merupakan tambang emas dalam hal pemasaran. Pasar terkuat untuk produk Senna adalah Brazil, Inggris, dan Italia.

Penelitian yang dilakukan pada 2015 oleh Boston Consulting Group, menunjukkan bahwa Senna berada di level yang sama dengan petenis Roger Federer atau legenda bola basket Michael Jordan dalam hal potensi dukungan produk.

Survei lain terhadap atlet Brasil yang berkompetisi di Olimpiade Rio tahun lalu - banyak dari mereka yang terlalu muda untuk melihat perlombaan Senna - menempatkannya sebagai sumber inspirasi terbesar mereka, di atas idola masa lalu dan sekarang seperti Neymar dan Pele.

Yayasan melakukan yang terbaik untuk sepenuhnya mengeksplorasi potensi pemasaran, memberi lisensi ratusan produk dengan wajah dan nama Senna di dalamnya.

Bisnis ini melayani dua kelompok konsumen. Pertama, penggemar Formula 1 yang membeli produk seperti buku, DVD, helm, dan souvenir koleksi.

Lalu ada segmen kedua, muncul produk untuk masyarakat umum yang mungkin belum tentu menikmati balap, tapi sadar dengan karisma dan nilai Senna. Ini termasuk mainan dan buku komik untuk anak-anak dan makanan dari kecap, mustard, sampai mayonais.

Kematian Tragis
Terlepas dari nama besar Senna hingga masa kini, kematiannya memang tak bisa dilupakan begitu saja. Tragedi itu serasa begitu cepat dan bikin banyak orang tak percaya.

Saat itu, Senna turun di Imola dengan menguntit Schumacher dalam pengumpulan angka untuk merebut gelar juara dunia. Terlihat kemunculan salah satu persaingan terhebat dalam F1, pebalap muda menantang supremasi jagoan veteran yang bertekad untuk mempertahankan posisinya.

Namun saat Senna menuju tikungan Tamburello dengan kecepatan 305 kpj, dan Schumacher hanya beberapa detik di belakangnya, ada sesuatu yang salah.

Mobil Williams yang dikemudikannya terlontar dari sirkuit dan menabrak tembok beton dalam kecepatan 220 kpj. Satu roda depan terdorong ke arah ruang kemudi, dan kaca helm Senna tertusuk oleh satu tongkat suspensi.

Jika saja roda itu tidak mengenainya, Senna bisa keluar dari kendaraannya tanpa cedera.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com