Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Radityo Wicaksono
Master of Engineering, Pencinta F1 dan Penggiat Blog

Full time Aircraft Performance Engineer di Garuda Indonesia & Part-time kolumnis dan narasumber Motorsport (Formula 1, Formula 2 dan Formula E)
Magister Teknik Mesin (INSA Strasbourg, Perancis) & Magister Manajemen (Universitas Pelita Harapan)

kolom

Kupas Kunci Kemenangan Perdana Valtteri Bottas di GP Rusia

Kompas.com - 01/05/2017, 14:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAgung Kurniawan


Sochi, KompasOtomotif -
Di sirkuit Sochi, Ferrari gagal memanfaatkan Pole position yang diraih Sebastian Vettel. Setelah melakukan start yang cemerlang, Valtteri Bottas justru meraih kemenangan pertamanya di F1 setelah membalap 81 kali di ajang ini.  Pebalap asal Finlandia ini unggul tipis atas Sebastian Vettel, dengan selisih 0.6 detik. Ferrari mencoba menggunakan strategi yang sedikit berbeda dari biasanya, namun tidak cukup untuk mengalahkan Bottas.

Sesi kualifikasi di Sochi Autodrom berlangsung ketat antara duo Mercedes dan duo Ferrari. Setelah meraih tiga pole position berturut-turut pada musim 2017, Bottas maupun Hamilton gagal untuk mencatat waktu terbaik pada sesi kualifikasi di Rusia. Sebastian Vettel dan Kimi Raikkonen justru meraih front row lock-out untuk Ferrari, untuk yang pertama kalinya setelah GP Perancis tahun 2008.

Ini juga merupakan pole position pertama Ferrari setelah GP Singapura tahun 2015. Vettel mencatat waktu tercepat 1:33.194, dan jarak antaranya dengan Bottas (Posisi ke-3) kurang dari 0.1 detik.

Balapan seri keempat ini dimulai dengan start cemerlang dari  Valtteri Bottas. Pebalap Finlandia ini berhasil mendahului Raikkonen di turn 1, serta Sebastian Vettel saat memasuki turn 2. Bottas berhasil mengontrol balapan hingga akhir balapan, meskipun mendapatkan tekanan yang besar dari Vettel pada 10 lap terakhir.

Pada akhir balapan, jarak antara kedua pembalap ini sudah dibawah 1 detik, sehingga Vettel bisa menggunakan DRS untuk mencoba mendahului rivalnya. Namun, karena efek DRS yang kurang signifikan, dan juga layout sirkuit kurang mendukung overtaking, sang juara dunia 2010-2013 kesulitan untuk mengalahkan Bottas. Sampai akhirnya, Vettel harus puas dengan posisi kedua, selisih 0.6 detik dari kemenangan.

Kimi Raikkonen juga berhasil meraih podium pertamanya musim ini, sedangkan Lewis Hamilton tampil kurang memuaskan pada seri kali ini. Pembalap asal Inggris tersebut melewati garis finis 36.3 detik setelah rekannya.

ALEXANDER NEMENOV/AFP PHOTO Pebalap Mercedes asal Finlandia, Valtteri Bottas (depan), memimpin balapan GP Rusia yang berlangsung di Sochi Autodrom, Minggu (30/4/2017).

Sebenarnya, tidak ada banyak hal yang terjadi pada balapan kali ini. Tingkat degradasi ban di sirkuit ini sangat rendah, karena permukaan aspal sirkuit yang sangat lembut. Oleh karena itu, tidak ada kesulitan untuk menjalankan strategi 1 pit stop. Sistem DRS juga tidak berfungsi sebaik tahun lalu, karena sayap mobil lebih lebar, sehingga menghasilkan drag (gaya hambat) yang lebih besar. Overtaking menjadi jauh lebih sulit, apalagi di sirkuit seperti Sochi yang dari awalnya sudah sulit untk mendahului pebalap lain. Namun ada satu aspek dari balapan yang cukup menarik untuk dibahas.

Valtteri yang pada saat itu menduduki posisi pertama, melakukan pit stop di lap ke-27, karena catatan waktunya memang terlihat sudah menurun. Biasanya, sang rival akan mencotoh strategi ini, dan melakukan pit stop di lap selanjutnya. Faktanya, Ferrari dan Vettel memilih untuk tidak mencontoh Mercedes kali ini. Vettel bertahan dengan ban ultra soft selama 7 laps dan mejalankan pit stop nya di lap ke-34. Apa yang mendorong Ferrari untuk mengambil keputusan ini?

Degradasi ban Ultra soft Ferrari lebih rendah

Apakah Ferrari perlu mengganti ban Vettel jika memang kondisi ban masih baik? Tentu tidak. Bahkan strategi ini bisa dibilang lebih agresif, karena Ferrari mencoba hal yang berbeda.                                                                  

Grafik diatas ini membuktikan bahwa Vettel lebih baik dari pada Bottas dalam menjaga kondisi ban. Ini adalah alasan utama mengapa Ferrari tidak segera mengganti ban Vettel setelah Bottas menggantinya. Ferrari sudah memperhitungkan bahwa mereka lebih kuat dibandingkan Mercedes dalam menjaga kondisi ban Ultrasoft, sehingga Ferrari merencanakan strategi berdasarkan kekuatan mereka.

Strategi yang dipilih Ferrari sebetulnya berpotensi untuk bisa berfungsi. Karena diluar dugaan, Sebastian Vettel masih mampu untuk menandingi catatan waktu Valtteri Bottas, yang sudah menggunakan ban super soft baru, dengan ban Ultrasoft yang sudah digunakan selama sekitar 30 lap. Vettel mampu memperbesar keunggulan atas Bottas hingga lebih dari 20 detik sesaat sebelum mengganti ban.

Setelah melakukan pit stop, Vettel hanya tertinggal 4.7 detik dari Bottas. Dengan 17 lap yang tersisa, bekal ban supersoft yang baru usianya 7 lap lebih muda, seharusnya Vettel bisa menyusul Bottas.


Namun, ada satu hal yang menggagalkan strategi Ferrari. Ban supersoft nyaris tidak mengalami degradasi sedikitpun. Meskipun Vettel mampu menyusul Bottas pada akhir balapan (hingga jarak di antara keduaya dibawah 1 detik), pebalap asal Finlandia ini masih memiliki banyak grip  dari ban nya, dan mampu merespons serangan dari Sebastian Vettel dengan mencatat waktu yang sangat cepat dan konsisten, meskipun ban Supersoft Bottas berumur 7 laps lebih tua dari pada ban Vettel.


DI stint terakhir, Bottas berhasil menandingi catatan waktu Vettel, dengan catatan waktu rata-rata 1:37.867 (BOT) dan 1:37.699 (VET).

Ini membuktikan bahwa kecepatan Bottas memang sangat baik dengan ban supersoft, dan dengan ban yang usianya 7 laps lebih tua, Bottas mampu merespon serangan Vettel dengan catatan waktu yang konsisten.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com