Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkait LCEV, Daihatsu ”Wait and See”

Kompas.com - 20/04/2017, 12:38 WIB
Donny Apriliananda

Penulis

Bandung, KompasOtomotif – Pemerintah sedang menggodok aturan baru yang berada dalam payung Low Carbon Emission Vehicle (LCEV). Nantinya pemerintah bakal mengatur dan memberi insentif, mobil-mobil yang beremisi karbon sesuai batas yang ditetapkan. Daihatsu sebagai salah satu pemain besar otomotif di Indonesia masih menunggu dan melihat, bisa nyemplung bisa juga tidak.

Ada kemungkinan buat merek yang sudah sepenuhnya dimiliki Toyota itu bergabung ikut LCEV dengan mobil berspesifikasi khusus. Menurut Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra, LCEV akan mengelompokkan mobil-mobil, termasuk yang tanpa atau minim pakai bahan bakar minyak.

”Sebenarnya kan nanti dibagi-bagi kelompok, ada yang gas, listrik, ada juga hybrid. KBH2 (LCGC) itu nanti ujung atas payungnya ya LCEV ini. Masing-masing peraturannya belum kelihatan, insentifnya juga juga yang sudah turun masih di KBH2. Apakah nanti Daihatsu ikut? Ya kita lihat dulu,” ujar Amelia (17/4/2017), di Bandung.

Dia menegaskan bahwa jika memang Daihatsu nanti memutuskan ikut LCEV selain KBH2, pihaknya bakal menyiapkan produk khusus.

”Ya kami kan grupnya Toyota, kalau Toyota kan hybrid punya, gas punya, listrik ada. Jadi tinggal peraturannya mana? Ngeluarin atau tidak kami mesti hitung-hitunganan dulu, cocok nggak nih? Volume berapa? Kalau rugi buat apa,” ucap Amelia.

Bakal Sulit
Amelia mengatakan bahwa dari beberapa jenis kendaraan di luar KBH2 (energi alternatif) memang masih harus dikaji, apakah cocok untuk Indonesia atau masih butuh waktu. Dia menegaskan bahwa pemerintah-lah yang paling tahu.

”Misalnya gas, kan ada ’telur ayam’ dulu. Kalau mau ngisi sudah siap belum? Kalau tempatnya satu, mau bawa dari Jakarta ke Karawang, isinya dimana? Masa balik Jakarta diderek? Hybrid mau jalan, fine bisa. Listrik? Ada fasilitas pengisian belum?,” kata Amelia.

Hal-hal tersebut memang perlu disiapkan dulu, dan itulah kenapa, lanjut Amelia, pemerintah sudah mulau dulu dengan yang gampang lebih dulu, yakni KBH2, karena tidak menggunakan infrastruktur yang rumit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com