Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Kekhawatiran Produsen Otomotif Global

Kompas.com - 11/01/2017, 08:22 WIB
Ghulam Muhammad Nayazri

Penulis

Washington, KompasOtomotif – Para pebisinis otomotif roda empat di dunia dilanda kekhawatiran, terkait nasib bisnisnya ke depan. Bukan hanya karena “tweet” presiden terpilih Amerika beberapa hari terakhir ini, yang menebar ancaman ke beberapa produsen otomotif, tapi lebih dari itu.

Mengutip The Guardian, Selasa (10/1/2017) kondisi yang perlu dihadapi selain Trump, yaitu teknologi otonomos (driveless), keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), serta isu perubahan iklim yang menyebabkan pemanasan global, salah satunya karena polusi. Jika Trump bisa hengkang maksimal sepuluh tahun lagi, tapi tidak untuk ketiga hal tersebut.

Perdagangan yang Goncang

Penjualan mobil di Inggris mencapai rekor pada 2016, tetapi industri memperkirakan bahwa pertumbuhan akan “mogok” sebagai konsekuensi dari Brexit (termasuk inflasi tinggi), dan akan menyebabkan penurunan 5 persen sampai 6 persen pada 2017.

Di bawah skenario terburuk, tarif pajak yang diberlakukan oleh Uni Eropa kepada Inggris bisa membuat harga bertambah 1.500 poundsterling atau Rp 24,2 juta lebih mahal untuk setiap mobil, menurut Society of Motor Manufacturers and Traders. Skenario sama akan terjadi jika Trump sampai hati mengacak-acak kembali Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA).

David Bailey, Profesor strategi industri di Aston University, mengatakan, "Perdebatan mengenai Brexit perdebatan akan tarif pajak atas mobil, bisa juga menimbulkan masalah besar dalam rantai pasokan di Eropa.”

Pembatasan Emisi

Untuk memenuhi target Uni Eropa, produsen harus mengurangi emisi rata-rata kendaraan mereka. Dalam beberapa kasus, pemotongan yang begitu kuat, membuat pabrikan seperti contohnya Jaguar Land Rover benar-benar pindah ke segmen mobil listrik. Ke depannya, diperkirakan akan semakin banyak produsen yang mengikuti langkah tersebut

Memulihkan Kepercayaan

Industri harus membangun kembali kepercayaan konsumen, setelah skandal emisi diesel Volkswagen. Akibatnya, semua merek harus rela mengikuti pengujian dan regulasi yang lebih ketat. Banyaknya kota yang melahirkan regulasi pembatasan mesin konvensional, bisa membuat mesin diesel menjadi leibh bersih, tapi itu juga akan berefek pada harga jual.

"Teknologi tersebut akan mendongkrak harga mobil. Renault juga mengatakan hal itu bisa membuat biaya produksi mobil kecil terlalu mahal,” ujar Bailey.

Mobil otonomos

Bailey mengatakan, kalau mobil otonomos akan menjadi lazim di daerah perkotaan pada pertengahan 2020-an, yang akhirnya merevolusi transportasi kota. "Anda akan memanggil mobil melalui telepon. Kondisi ini akan menggeser keseimbangan kekuatan, dari produsen mobil ke penyedia layanan," ujar Bailey,

Saat ini sudah tampak, seperti BMW yang telah bekerja sama untuk mobil listriknya i3 dengan DriveNow yang bergerak di bisnis car-sharing. Kemudian General Motors bermitra dengan aplikasi taxi-hailing Lyft untuk percobaan driverless car.

Para produsen mobil bersama raksasa teknologi, menghabiskan miliaran dolar untuk menghasilkan mesin bersih dan kendaraan listrik, yang bisa terhubung secara digital. "Isu yang menarik adalah berapa banyak pembuat mobil harus bekerja sama dengan perusahaan teknologi," ujar Bailey.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com