Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Otomotif “Ngarep” pada Reformasi Vokasional SMK

Kompas.com - 03/10/2016, 07:22 WIB


Jakarta, KompasOtomotif
– Rencana Presiden Joko Widodo merombak sistem pendidikan menengah kejuruan (vokasional) pada tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) disambut baik kalangan industri otomotif. Upaya ini dinilai sebagai wujud kongkret menyambungkan kebutuhan tenaga kerja industri dengan dunia pendidikan yang selama ini terpisah.

Presiden Joko Widodo menjelaskan, 60 persen dari jumlah penduduk Indonesia adalah anak muda dan ini menjadi kekuatan negara di masa depan. Tetapi, jika tidak dimanfaatkan dan dikelola dengan baik justru bisa jadi potensi masalah pengangguran di usia muda.

“Jumlah tersebut akan terus meningkat menjadi 195 juta usia produktif pada 2040. Angka ini akan menjadi potensi penggerak produktivitas kita, apabila kita menyiapkan dari sekarang,” ucap Jokowi di Kantor Presiden, Selasa (13/9) sore.

Ironinya, pada 2010 tingkat pengangguran usia muda (15-19 tahun) tercatat mencapai 23,23 persen, kemudian naik menjadi 31,12 persen pada akhir 2015. Setelah ditinjau dari level pendidikan mereka, ternyata proporsi jumlah pengangguran terbesar adalah mereka lulusan SMK, yakni 9,84 persen, disusul SMA 6,95 persen, SMP (5,76 persen), dan SD (3,8 persen)

“Saya minta dilakukan langkah-langkah perbaikan kongret terkait vokasional, re-orientasi, terhadap demand, supaya kurikulum, pelatihan, materi, praktik kerja, pengujian, bisa sesuai permintaan dunia usaha dan industri. Libatkan dunia industri,” ucap Jokowi.

Menanggapi rencana ini, Warih Andang Tjahjono, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) lewat reformasi vokasional SMK, maka Indonesia seolah mengirimkan sinyal pada dunia global sebagai ladang tujuan investasi. Lewat tenaga kerja yang terampil dan tersedia sesuai kebutuhan industri, maka membuat daya saing Indonesia semakin baik di mata investor.

Ghulam M/KompasOtomotif TMMIN meresmikan pabrik ketiganya memproduksi mesin di Karawang, Jawa Barat.

Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia praktis bersaing ketat dengan Thailand sebagai basis produksi otomotif global. Masalahnya, jumlah investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) di Thailand tengah terpuruk.

Bank of Thailand melaporkan kalau jumlah FDI ke Negeri Gajah Putih terjun bebas anjlok 90 persen lebih periode paruh pertama 2016, terburuk dalam satu dekade terakhir, menyentuh level 347 juta dollar, seperti dikutip dari Bangkok Post (2/8/2016).

 “Saya bukan bicara soal otomotif saja, tetapi the whole industry, sekarang ini dunia lagi melihat Indonesia, lewat vokasional ini, ini sinyal kuat kalau Indonesia adalah tujuan investasi yang kuat. Satu-satunya cara untuk memajukan industri nasional adalah lewat foreign direct investment dan ini sangat baik,” ucap Warih di Jakarta, Jumat (30/9/2016).

Saat ini, kata Warih, hampir tidak ada lulusan SMK yang siap pakai oleh dunia industri. Setiap bidang industri harus bergerak sendiri-sendiri mendirikan sekolah lanjutan untuk memiliki tenaga kerja yang siap pakai. “Misalnya dunia IT (Information Technology), sampai sekarang belum ada SMK yang punya jurusan itu, padahal dunia ini dikuasai IT semua,” ucap Warih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com