Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Kaprah tentang Celah Busi

Kompas.com - 19/09/2016, 16:41 WIB
Donny Apriliananda

Penulis

Jakarta, KompasOtomotif – ”Gapping” atau ”celah”, menjadi istilah khusus dalam penggunaan busi. Seiring perkembangan teknologi, celah busi menjadi perhatian khusus karena pentingnya kebutuhan listrik yang dihantarkan untuk mengionisasikan campuran udara dengan bahan bakar.

Masalahnya, banyak orang berasumsi salah tentang celah busi. Kebanyakan beranggapan bahwa pada saat ingin memasang busi baru, harus dilakukan penyetelan celah busi. Padahal hal ini tidaklah benar, dikarenakan busi yang sudah dikeluarkan oleh pabrik adalah busi yang memiliki standar gap tersendiri

Menurut Diko Oktaviano, Technical Support PT NGK Busi Indonesia, penyetelan celah busi dilakukan apabila mesin sudah dimodifikasi dengan melakukan perubahan perbandingan kompresi agar menjadi lebih tinggi.

”Daya hantar listrik yang dibutuhkan harus sesuai dengan ukuran gap yang dibutuhkan. Semakin besar gap, semakin banyak listrik yang dibutuhkan untuk mengalirkannya. Penyetelan baru perlu dalam kondisi ini,” terang Diko dalam penjelasan tertulis buat KompasOtomotif.

"Indexing"
Diko juga menekankan tentang ”indexing”. Ini adalah cara mekanik untuk memperkuat pengapian dengan cara menambahkan washer dengan berbagai variasi ketebalan yang ditempatkan pada bahu busi, atau dudukan busi yang dikencangkan. Celah tersebut diarahkan sesuai dengan yang diinginkan.

Namun, bagaimanapun juga, indexing tidak akan berhasil jika tidak diukur dengan dyno test. Sementara sebagian besar mesin yang sudah dimodifikasi akan mengarahkan celah busi kepada bagian katup yang terbuka, kombinasi ini dapat menghasilkan tenaga yang besar jika diarahkan langsung kepada katup exhaust.

Pada beberapa kasus, mesin yang sudah diubah index-nya akan mengalami perubahan horsepower walaupun sedikit, biasanya kurang dari 1 persen total keseluruhan output.

”Untuk mesin dengan tenaga 500 tk, dapat meningkat hingga mencapai 5 tk. Semua itu tidak akan terwujud jika tidak dilakukan di dyno test, sebab perlu diadakan percobaan yang berkelanjutan,” ujar Diko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com