Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Success Story Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto

Cita-cita "Tukang Insinyur" yang Berujung Jadi CEO Astra

Kompas.com - 10/06/2015, 09:47 WIB
Agung Kurniawan

Penulis


Kehidupan ini sangat indah. Tak semua perjalanan hidup manusia berjalan dengan mulus. Tentu banyak rintangan dan hambatan dalam meraihnya. Kuncinya adalah kesabaran, keteguhan hati, memiliki prinsip yang kuat, jujur, apa adanya, dan selalu melakukan inovasi. Di balik kesuksesan seseorang, ada kisah-kisah mengharukan dan menyedihkan. Semua itu adalah proses yang harus dilalui. Kompas.com meneruskan serial artikel "Success Story" tentang perjalanan tokoh yang inspiratif. Semoga pembaca bisa memetik makna di balik kisah ini.

Jakarta, KompasOtomotif - Menjadi pucuk pimpinan suatu perusahaan multinasional tentu bukan hal yang mudah dilakukan. Determenasi, fokus, serta disiplin tinggi mutlak dipenuhi demi menjaga stabilitas manajerial perusahaan.

Adalah Prijono Sugiarto, Presiden Direktur PT Astra International Tbk yang berhasil membuktikan kualitas dirinya sebagai nahkoda perusahaan. Memimpin 227.000 orang karyawan dari 191 anak perusahaan tentu bukan hal yang mudah dilakukan. Tapi, pria kelahiran Jakarta, 20 Juni 1960 ini berhasil membuktikannya lewat prestasi.

Pertemuan KompasOtomotif dengan Pak Pri, begitu ia akrab disapa berlangsung di salah satu hotel bintang lima di bilangan Jakarta Selatan, belum lama ini. Kala itu, Prijono baru saja menyelesaikan pertemuan tahunan dan baru terpilih menjadi Chairman Kamar Dagang Jerman di Indonesia atau German Indonesian Chamber of Industry and Commerce (EKONID).

"Setelah enam tahun Pak Ari Sumarno memimpin, saya diminta untuk menggantikannya dan baru saja terpilih," ujar Prijono membuka awal perbincangan.

Cita-cita

Kedekatan Prijono dengan Jerman sulit dipisahkan, karena di Jerman ayah dua anak ini menempa ilmu. Keinginannya dalam hidup terbilang sederhana dan mulia, menjadi sarjana teknik mesin lulusan Jerman. Jerman dipilih karena memang dikenal sebagai pusat industri dunia, sehingga insinyur merupakan bidang yang cukup populer dari sana.

Keinginan ini berlatar belakang  dari usaha sang ayah, yang mengelola perusahaan perakitan kendaraan di Jakarta, era 1960-an. Jadi, dunia permesinan dan otomotif sudah dikenalnya sejak beranjak dewasa.

"Dulu belum ada yang namanya ATPM (agen tunggal pemegang merek). Ayah saya membeli Honda N360 dan merakitnya di Indonesia, selain itu skuter Lambretta juga sempat diproduksi ayah saya," cerita Prijono.

Sang kakak, Jongkie Sugiarto yang terpaut 11 tahun dengan Prijono sudah lebih dulu kuliah dengan jurusan teknik mesin di Jerman. "Prijono kecil usia 10 tahun atau 12 tahun sudah melihat kakak. Akhirnya, selepas SMA saya berangkat ke Jerman untuk kuliah teknik mesin. Saya selalu hormat pada beliau, dia itu guru saya," ucap Prijono.

KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Presiden Direktur PT Astra International Tbk, Prijono Sugiarto

Butuh waktu lima tahun (1979 – 1984) bagi Prijono menyelesaikan gelar Diploma Ing di Universitas Mechanical Engineering, Konstanz, Jerman. Prijono bahkan mendapat penghargaan berupa "Awarded Carl-Duisberg Prize 1984" karena prestasinya yang baik selama menempuh pendidikan. Setahun sebelum wisuda, Prijono menyurati sang ayah di Jakarta perihal rencana kelulusannya.

"Saya lantas mendapat jawaban dari ayah, mengapa tidak meneruskan sekolah di bisnis. Akhirnya, setelah lulus jadi insinyur mesin, saya lanjutkan sekolah di bidang bisnis, masih di Jerman," ujar Prijono. Pri melanjutkan sekolahnya di Universitas ASc Bochum, Jerman dan setelah dua tahun (1984-1986) menyabet gelar master Diploma Wirtschaftsing dalam bidang Business Administration.

Mercedes-Benz

Setahun setelah kelulusannya sekolah bisnis, Prijono kembali ke Jakarta untuk bekerja di Tanah Air. Sebelum kembali ke Indonesia, Prijono sengaja kembali memperkuat pengetahuannya soal teknik di Jerman. Hal ini dilakukan karena dirinya sudah diterima sebagai Manajer Sales and Engineering di PT Daimler-Benz Indonesia mulai 1987.

"Untung saya punya background, jadi tidak bisa dibohongi, saya pernah bongkar kopling sendiri, tahu bagaimana mobil tune-up, semua ada catatannya. Jadi lebih kuat pengetahuan teknisnya," ujar Prijono.

Selama tiga tahun berkarir, akhirnya pada 1990 Prijono mendapat tawaran pindah bekerja di salah satu anak perusahaan Grup Astra, PT Tjahja Sakti Motor yang menaungi merek mobil asal Jerman, BMW. Setelah tiga tahun berkarir dan memegang jabatan General Manager, Prijono lantas mendapat promosi, menjabat sebagai Direktur Operasional mulai 1990.

"Jadi saya menyebrang merek, tapi tidak ada yang bisa complaint karena dua-duanya (Mercedes-Benz dan BMW) merupakan almamater saya," ucap Prijono sambil berkelakar.

Di bawah kepemimpinannya, BMW yang kala itu masih di bawah kendali Grup Astra berhasil menjadikan merek premium ini terlaris di Indonesia. Pada 1997, kenang Prijono, BMW pernah mencapai pangsa pasar terbesar, mencapai 10 persen terhadap total pasar mobil penumpang di Indonesia.

"Kami sempat dihadiahi sebagai pangsa pasar dan penjualan terbesar. Setelah itu, 1998 masuk masa krisis, saya diminta pak TP Rachmat (Theodore Permadi Rachmat) untuk menjadi direksi Grup Astra. Posisinya berat juga, mengepalai beberapa perusahaan sekaligus, non-Toyota, ada Daihatsu, BMW, Isuzu, Fuji Technica, Gaya Motor, Inti Pantja Press Industri, mulai tahun 2000," beber Prijono.

Bagaimana kelanjutan karir Prijono Sugiarto setelah menjabat sebagai salah satu direksi Astra, simak artikel selanjutnya. (Bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com