PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) mengakui bahwa akan sepeda motor juga mendapatkan imbas dari kenaikan ini, tetapi pengaruhnya memang tidak terlalu besar seperti mobil.
"Kalau berdampak ke industri sudah pasti karena konsumen tentu saja akan mengalihkan pengeluarannya ke yang lebih dibutuhkan. Untungnya kenaikan ini terjadi di akhir tahun, di mana permintaan memang cenderung menurun," jelas Mohammad Masykur, Asisten GM Pemasaran PT YIMM, saat berbincang dengan KompasOtomotif, Selasa (18/11/2014).
Yamaha berharap adanya limpahan dari calon konsumen mobil di segmen LCGC (mobil murah ramah lingkungan) yang mengalihkan pembeliannya ke sepeda motor.
"Segmen yang terdekat dengan sepeda motor tentu saja LCGC, kita berharapnya adanya pergeseran konsumen mobil murah ke roda dua. Tapi ini pun saya rasa tidak terlalu besar, karena orang membeli kendaraan pasti sudah disesuaikan dengan kebutuhan," lanjut Masykur.
Masykur melanjutkan, pengeluaran ongkos produksi di pabrik tidak terpengaruh dengan adanya kenaikan ini karena produksi di Yamaha menggunakan BBM non-subsidi. Pengaruhnya justru ada pada ongkos transportasi pengiriman barang dari pabrik ke dealer. Tetapi, Yamaha menegaskan tidak akan langsung menaikkan harga jual kendaraannya karena situasi ini.
"Kenaikan harga jual tidak akan langsung kami terapkan. Semua harus dihitung ulang, dan sepertinya baru akan naik harga di awal tahun. Itu pun karena disesuaikan dengan pajak yang pasti naik di awal tahun."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.