Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Tari Tradisional hingga Sumbang Buku di Sulawesi Tenggara

Kompas.com - 10/10/2014, 08:00 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Kendari, KompasOtomotif - Melanjutkan perjalanan Daihatsu Terios 7 Wonders “Amazing Celebes Heritage”, rombongan mulai bertolak dari Tajung Bira-Pelabuhan Bajoe-Kolaka, dengan jarak tempuh 155 km, Kamis (9/10/2014). Setelah menyeberang sekitar 9 jam, akhirnya tim tiba di Kolaka dan kembali tancap gas menuju Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) dengan jarak 158 km dan berkumpul pada titik pemberhentian selanjutnya di Sanggar Tari Malulo, Studio 28, Kendari, Sulawesi Tenggara.

Tim tiba dilokasi sudah malam dan langsung disambut oleh Tari Mendotambe yang merupakan sebuah tari penjemputan dari para peserta sanggar. "Tari ini berasal dari masyarakat di Kendari, yakni Suku Tolaki. Dulunya, tarian khusus dipersembahkan pada tamu-tamu khusus saja, sekarang siapa saja yang datang bisa disambut dengan tarian ini," jelas Fajar Andika, Direktur Utama Studio 28 Management menjelaskan pada tim.

Ditempat ini, tim menyaksikan aktivitas yang terjadi di dalam sanggar. Terlihat banyak remaja putri dan putra tengah berlatih tari. Berbagai macam tariannya, mulai dari tradisional, dansa modern, sampai olah vokal juga dilakukan di sini.

Tanpa ragu-ragu, peserta rombongan Terios 7-Wonders juga ikut diajak goyang diajak oleh para penari setempat. Tarian Malulo memiliki filosofi persahabatan, yang biasa ditujukan kepada muda-mudi suku Tolaki sebagai ajang perkenalan, mencari jodoh, dan mempererat tali persaudaraan. Tarian ini dilakukan dengan posisi saling bergandengan tangan dan membentuk lingkaran.

Melestarikan
Studio 28 merupakan salah satu sanggar tari terbesar di Kendari, didirikan pada 28 Oktober 1991. Selain belajar tari tradisional, sanggar ini juga mengajarkan siswa-siswinya tarian modern, olah vokal, hingga seni theater. Sanggar tari ini sudah berhasil mempertunjukkan kebolehan penarinya di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk ke kancah internasional.

Wididya Kurniati, 16, salah satu siswi Studio 28 mengatakan, kecintaannya pada tarian tradisional Sultra datang karena keinginan untuk melestarikan budaya masyarakat setempat. Ia sudah 4 tahun berlatih di sanggar ini dan menguasai lebih dari 10 tarian tradisional khas Sultra.

"Dari menari saya sudah pergi ke beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta dan Jambi. Saya mau menari agar lebih banyak orang mengenal budaya kami," jelas Wididya yang mengaku bercita-cita jadi pramugari ini.

Namas Musyrifa, yang masih duduk di kelas 2 Sekolah Menengah tingkat Pertama (SMP) mengaku punya hasrat besar pada dunia seni. Selain belajar tari tradisional dan modern, Namas juga berlatih olah vokal di sanggar ini.

"Saya berharap bisa menjadi penari sampai di luar sana (negeri). Ingin menjadi penyanyi juga, tetapi memang sudah cinta pada dunia kesenian," katar Namas.

Aris F Sumbangan buku pelajaran dan ilmu pengetahuan umum disambut nntusias penerima donasi.

Sumbangan
Setelah puas mempelajari berbagai jenis tarian tradisional Sultra, tim Daihatsu Terios 7 Wonders melanjutkan ekspedisi, kali ini untuk memberikan sumbangan pada tiga sekolah terpilih di Kendari. Kegiatan ini merupakan bentuk kongret dari aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) pada masyarakat di Indonesia.

Asjoni, Kepala Departemen CSR PT Astra Daihatsu Motor langsung memimpin pemberian sumbangan ini melibatkan langsung tim Daihatsu Terios 7 Wonders “Amazing Celebes Heritage”. Sumbangan berupa buku pelajaran dan pengetahuan umum sengaja disumbangkan pada tiga sekolah tingkat SD, SMP, dan SMK di Kendari.

"Intinya, Kemana kita (Daihatsu) pergi kita harus melakukan aksi sosial," jelas Asjoni. Dijelaskan, pada dasarnya ada empat pilar CSR Daihatsu, yaitu pintar, sehat, hijau, dan sejahtera bersama Daihatsu. Jadi sumbangan ini masuk dalam pilar pintar bersama Daihatsu dan baru pertama kali dilakukan di Kendari, karena sebelumnya hanya fokus di Makassar saja.

"Kalau di Makassar, seluruh empat pilar, pintar, sehat, hijau, dan sejahtera sudah lengkap dilakukan. Tapi, ternyata warga di daerah kota kecil ternyata lebih antusias pada sumbangan buku pelajaran, sampai kita terharu dengan sambutan yang diperlihatkan mereka," beber Asjoni.

Hari ini, tim langsung melanjutkan perjalanan dari Kendari menuju Wakatobi untuk menyaksikan langsung keindahan taman laut alami di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com