Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prinsipal Otomotif Masih Pede di Thailand

Kompas.com - 02/06/2014, 09:39 WIB
Agung Kurniawan

Penulis

Bangkok, KompasOtomotif - Kudeta pemerintah yang terjadi di Thailand, dipastikan tidak membuat takut prinsipal otomotif asing keluar dari negara itu. Mereka masih memuja tenaga kerja ahli, dan jaringan pemasok komponen kuat yang belum bisa diimbangi negara sekitar. Tapi, rencana ekspansi tambahan tetap tertunda, seiring godaan insentif datang dari Pemerintah Indonesia, untuk mengalihkan investasinya.

Saat ini industri otomotif menyumbang hingga 11 persen terhadap ekonomi Thailand, karena menjadi salah satu basis produksi terbesar di dunia.

"Itu tidak akan berubah. Sudah ada fondasi kuat disana termasuk jaringan pemasok, itu sesuatu yang tidak bisa diubah semudah itu," jelas Takao Katagiri, Kepala Regional Nissan Motor Company, dilansir Reuters (29/5/2014).

Dalam jangka pendek, sejumlah prinsipal akan menggenjot ekspor sampai setengah kapasitas produksinya di Thailand. Kudeta militer dianggap perlu dilakukan untuk mengakhiri aksi protes yang sudah berlangsung tujuh bulan terakhir.

"Apa yang terjadi saat ini memang tidak ada dampak langsung pada aktivitas perusahaan. Kegiatan manufaktur tetap berjalan normal, sedangkan penjualan dan bisnis juga masih bisa berjalan seperti biasa sekarang," lanjut Katagiri.

Pemasok
Dampak lebih besar justru terasa pada perusahaan komponen pemasok otomotif karena menurunnya permintaan domestik. Aapico Hitech, salah satu produsen komponen, menyatakan, ketuntungan perusahaan diprediksi anjlok 10-15 persen tahun ini, jauh lebih buruk dari perhitungan sebelumnya.

Dari kawasan industri Amata Nakorn, di Chonburi, 60 km sebelah timur Bangkok, salah seorang buruh pabrik Rungsan Seagproa, 30, menyatakan, gaji bulanannya 19.000 baht (Rp 4,2 juta), harus berkurang karena perusahaan yang mempekerjakannya harus memangkas produksi.

"Pabrik saat ini hanya memanfaatkan 30-40 persen kapasitasnya. Saya kehilangan sekitar beberapa ribu baht setelah pabrik menghapus jam lembur, sekarang saya wajib lebih berhemat," tukas Rungsan.

Akibat kondisi politik yang memanas, industri otomotif di Thailand sudah merumahkan lebih dari 30.000 orang pekerja kontrak di seluruh perusahaan penopangnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com