Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menembus Empasan Angin di Suramadu Bersama Outlander Sport

Kompas.com - 13/02/2014, 10:03 WIB
Aris F. Harvenda

Penulis

Surabaya, KompasOtomotif — Sejak diperkenalkan pada IIMS 2013, September silam, akhirnya KompasOtomotif berkesempatan mencoba Mitsubishi Outlander Sport Limited Edition di Surabaya, akhir pekan lalu. Kesempatan test drive diberikan Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB), sebelum menghadiri Pajero Sport Family Gathering di Pakuwon City, Surabaya, Jawa Timur.

Begitu tiba di Bandara Internasional Juanda, Surabaya, KompasOtomotif langsung menghampiri Outlander Sport Limited Edition. Varian yang berbanderol Rp 344 juta tersebut merupakan pengembangan PX yang ditambahi beberapa aksesori. Jadi jika dilihat sepintas, maka hampir tidak ada bedanya. Namun, jika diteliti, maka ada beberapa penambahan aksesori, meliputi front garnish, running daylight, tuas pembuka pintu beraksen krom, pelek berkelir titanium, rear garnish, dan emblem Limited Edition.

Dhany ABIndonesia Beberapa panel di inetrior dilapisi motif serat karbon
Saat masuk kabin, kesan sporty terlihat cukup kental. Beberapa panel di dasbor, trim, dan konsol ditempeli motif serat karbon, plus tuas persneling beraksentuasi krom dengan bentuk bulat. Kesan mewah diberikan lewat kombinasi warna hitam dan abu-abu. Selain itu, semuanya sama dengan kelengkapan yang dimiliki PX, seperti panoramic glass roof, paddle shift, tombol start stop, dan keyless entry.

Suramadu
Berada di ruang kemudi, posisi sempurna berkendara mudah ditemukan berkat pengaturan jok yang cukup lengkap. Ada setelan maju-mundur, naik-turun, dan sandaran untuk jok, plus pengaturan setir (tilt & telescopic). Selesai mendapatkan posisi yang pas, mesin dinyalakan dan langsung bergegas. Tujuannya adalah pelesir ke Madura lewat Suramadu.

Tak ada yang berbeda dari performa mesin MIVEC berkapasitas 2,0 L yang ada di balik kap, pada varian reguler. Putaran bawah cukup responsif, tanpa menimbulkan entakan saat pedal gas ditekan. Hal tersebut sangat perlu, terlebih saat mengarungi kemacetan Kota Surabaya yang hampir sama dengan Jakarta, saat menghindari kendaraan lain memotong jalur. Faktor lain yang menimbulkan efek tersebut adalah penggunaan transmisi CVT INVECS-III. Diklaim, teknologi tersebut disetel untuk memonitor kondisi jalan dan mengemudi, termasuk gaya pengemudi saat menyesuaikan waktu perpindahan gigi paling nyaman, tanpa mengabaikan kebutuhan akselerasi.

Seusai melewati Pintu Tol Suramadu, keinginan membejek pedal gas hingga dalam sangat besar. Terlebih lagi, jalan saat itu cenderung sepi. Sejauh mata memandang, hanya ada segelintir mobil dengan jarak cukup jauh. Nafsu tak dapat ditahan, dan pedal pun dibejek hingga mentok. Mesin merespons cukup baik, dan CVT juga bekerja cekatan. Tak sampai menyentuh pertengahan jarak Surabaya-Madura (berjarak 5,438 km), kecepatan sudah mencapai 170 kpj.

Angin samping
Sebenarnya mesin masih bisa dipaksa sampai mobil melaju lebih kencang. Namun atas alasan keselamatan, tekanan di pedal gas dikurangi. Hal ini terlebih lagi saat melihat penunjuk arah dan kecepatan relatif angin (windsock) berkibar, di pinggir jembatan. Alat tersebut berkibar kencang dan arahnya berasal dari samping (angin samping). Untungnya, stabilitas yang dimiliki Outlander cukup baik sehingga empasan angin samping yang cukup kencang itu hanya membuat mobil sedikit goyang dalam skala sangat minim. Padahal, kecepatan saat itu 100 kpj.

Selepas wisata kuliner Bebek Sinjay di Madura, rombongan kembali ke Surabaya. Kesempatan kedua ini dimanfaatkan untuk mencoba CVT mode sport menggunakan paddle shift. Perpindahan cukup halus meski sedikit lambat (disetel demikian atas alasan kenyamanan agar tidak mengentak). Begitu pula saat memindahkan posisi gigi tinggi ke rendah. Saat itu, Outlander Sport melaju 80 kpj dengan posisi gigi ke-6. Tekanan pedal gas dilepas. Selang beberapa detik, posisi gigi diturunkan melalui paddle shift di posisi ke-3. Hasilnya, hanya mesin yang menggerung tanpa munculnya entakan akibat deselerasi mendadak.

KompasOtomotif Mantap diajak manuver
Perjalanan keliling Madura dan Surabaya dengan jarak tempuh hampir 50 km dilalui dengan beragam kondisi lalu lintas. Mulai dari lancar, macet, hingga ngebut. Setibanya di hotel, sebelum turun, KompasOtomotif sempat melirik panel spidometer. Tertera penggunaan rata-rata bahan bakar 11,2 l/100 km atau 8,9 kpl.

Kesimpulan
Perbedaan harga Rp 6 juta dengan varian PX cukup sepadan dengan aksesori yang dipakai. Akan lebih nyaman jika pengatur sandaran di jok belakang ditambah lagi kemiringannya agar tidak terlalu tegak. Mesin cukup untuk ukuran SUV 5 penumpang. Performa suspensi juga tergolong baik dengan ground clearance agak pendek.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com