Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BBM Naik, Pasar Otomotif "Shock"

Kompas.com - 29/02/2012, 12:39 WIB

Jakarta, KompasOtomotif — Rencana kenaikan bahan bakar bersubsidi oleh pemerintah dengan estimasi Rp 500-Rp 1.500 untuk premium dan solar pada April ini dipastikan pasar otomotif nasional akan mengalami shock sejenak. "Kita sudah berpengalaman bertahun-tahun lamanya, kalau waktu 2005 kenaikan (premium-solar) lebih dari 100 persen pasar anjlok. Tapi kalau kenaikannya 20-30 persen, terganggu sedikit tiga sampai empat bulan," komentar Jongkie Sugiarto, Ketua Formatur I Gaikindo, kepada KompasOtomotif, Selasa (28/2/2012).

Dijelaskan, pengaruh terbesar pada kenaikan bahan bakar dirasakan konsumen yang berniat membeli mobil pertama. Joko Trisanyoto, Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM)—pemimpin pasar mobil di Indonesia, menambahkan, besarnya pengaruh itu tergantung dari seberapa besar dampaknya pada inflasi. Hal ini berkaitan langsung dengan daya beli masyarakat yang dicerminkan dari PDB.

"Kalau sampai berpengaruh, orang pasti menunda pembelian mobil. Tapi juga sebaliknya," lanjut Joko.

Harga naik

Salah satu yang dikhawatirkan konsumen jika terjadi kenaikan BBM bersubsidi adalah ikut terkerek banderol mobil baru. Tekanan ongkos distribusi pada industri memastikan biaya produksi naik dan ujungnya dibebankan ke konsumen (naik harga).

"Kenaikan biaya logistik sangat tergantung dari pihak ketiga (perusahaan logistik). Mereka menaikkan tarif atau tidak, masih bisa dinegosiasikan dulu," papar Joko. Ia menyampaikan bahwa Toyota masih belum menaikkan harga sampai saat ini.

Gaikindo menilai ancaman terbesar bagi pasar otomotif nasional bukan dari kenaikan BBM, melainkan rencana pemerintah menaikkan uang pangkal kredit kendaraan bermotor sampai 30 persen. Ini sama saja pemerintah membebani sektor industri cukup berat.

"Kalau sudah BBM naik, itu saja dulu. Jangan DP juga ikut naik, pasar yang tadinya mau tumbuh bisa drop lagi," tegas Jongkie Sugiarto. Situasi pasar otomotif, lanjutnya, sangat berpengaruh pada arus investasi yang masuk ke Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com