Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AsiaNusa: Jangan Singkirkan Produsen Mobnas

Kompas.com - 23/03/2011, 19:51 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Rencana Pemerintah Indonesia mengeluarkan regulasi tentang produk low cost and green car menuai kritik pedas dari asosiasi produsen mobil nasional yang tergabung dalam Asosiasi Industri Automotif Nusantara (AsiaNusa). Mereka mendesak pemerintah supaya tak terlalu memihak investor asing dan menyingkirkan kesempatan industri mobil nasional untuk bersaing.

Dewa Yuniardi, Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi AsiaNusa, kepada Kompas.com menjelaskan, produsen mobil nasional pernah meminta insentif oleh pemerintah agar mendapat keringanan dalam memproduksi microcar (mobil bermesin 1.000 cc ke bawah), tetapi tak terlalu digubris. Meski demikian, mereka tak patah arang dan tetap berjalan dengan segala keterbatasan.

"Kami akhirnya memutuskan supaya jalan terus, dengan catatan tak dibeda-bedakan. Maksudnya, kalau kami tak diberi insentif mereka (produsen mobil besar) juga jangan," tegas Dewa saat dijumpai di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (23/3/2011).

Terkait rencana penerbitan regulasi low cost and green car, Dewa bersama anggota AsiaNusa mengaku siap protes keras kepada pemerintah jika tak berlaku adil. Saat ini AsiaNusa terdiri dari beberapa produsen mobil nasional, antara lain Tawon, Wakaba, Fin (Komodo), Arina, Gea, dan ITM. "Kalau mereka bisa dapat insentif, kami tidak, ini tidak adil. Kalau mau fair, kita adu saja di pasar, kami berani bersaing kalau sama-sama tak dapat insentif," beber Dewa.

Menanggapi hal ini, Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian Budi Darmadi mengatakan, pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan tak pernah memihak ke satu pihak dan sifatnya pasti umum. Pada regulasi low cost and green car yang tengah digodok, semua pihak bisa memanfaatkannya asal mengikuti aturan mainnya.

"Setiap peraturan yang dikeluarkan pemerintah itu sifatnya global dan setiap produsen otomotif itu punya segmen yang dituju," jelas Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com