Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kijang Innova: Satu Busi Satu Koil, Makin Mantap

Kompas.com - 11/05/2009, 19:54 WIB

KOMPAS.com — Sistem dan komponen pengapian pada mesin bensin—khususnya Kijang Innova—adalah bagian utama yang menentukan performa mesin. Karena pembakaran dimulai oleh pengapian, mesin bensin disebut juga SI atau spark ignition.

Pembakaran terjadi karena adanya nyala yang membakar campuran udara dan bahan bakar yang dimampatkan di dalam mesin atau ruang bakar. Nyala atau bunga api dihasilkan oleh busi. Ujung busi yang menghasilkan bunga api berada di ruang bakar.

Tanpa Distributor
Terdapat perbedaan cukup banyak antara mesin Kijang Innova dan versi yang mesin Kijang yang masih menggunakan karburator untuk sistem pengapiannya. Pada mesin Innova atau mesin Kijang yang sudah menggunakan sistem injeksi tidak lagi menggunakan distributor atau bahasa sehari-hari sering juga disebut “delko” atau platina. Sistem pengapian tanpa distributor ini bahasa kerennya DIS (distributorless ignition system).

Karena tidak punya distributor, waktu pengapian tidak perlu lagi disetel lagi, seperti mesin “jadul” dengan menggeser-geser distributor. Dengan ini pula, perawatan makin praktis. Di samping itu, performa atau kinerja mesin tetap bisa dijaga selalu berada pada kondisi prima. Pasalnya, tidak ada bagian yang cepat rusak atau oblak.

Dulu, zaman distributor yang masih menggunakan platina, bagian ini paling sering oblak dan langsung memengaruhi kerja mesin.

Distributor tidak lagi diperlukan karena setiap busi langsung diaktifkan oleh satu koil. Setiap busi punya satu koil.

Pada mesin lama, bentuk koil mirip dengan botol. Satu koil digunakan untuk empat busi (mesin empat silinder) atau lebih (tergantung jumlah silinder). Kondisi tersebut membuat kerja koil jadi berat, terutama ketika bekerja pada putaran tinggi.

Coba bayangkan, mesin 4 silinder, yang bekerja pada 5.000 rpm, mengharuskan koil menghasilkan tegangan tinggi 10.000 kali setiap menit atau 27 kali per detik. Pasalnya, setiap dua putaran per silinder, busi harus menghasilkan satu kali tegangan. Nah, kalau empat silinder, 2 x 5.000 = 10.000.

Koil sekarang yang langsung dipasang di kepala busi hanya bekerja sekali untuk setiap dua kali putaran mesin (khusus mesin 4 langkah). Itu jauh lebih ringan. Kalau dulu hanya satu, kini empat. Berarti, bila mesin bekerja pada 5.000 rpm, koil cukup bekerja 2.500 kali.

Bentuk koil sekarang lebih kurus dan mirip cerutu. Karena itu, sering juga disebut koil cerutu, meski bagian atas dibuat agar besar. Pada bagian ini terdapat igniter yang memicu koil untuk menghasilkan tegangan tinggi. Tepatnya, satu koil satu igniter.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com