Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Suzuki APV ke Thailand Meningkat

Kompas.com - 11/08/2008, 17:54 WIB

JAKARTA, SENIN - Permintaan kendaraan serbaguna (MPV) Suzuki APV yang diproduksi di Indonesia terus meningkat di Thailand, sehingga Agen Tunggal Pemegang Merek  (ATPM) Suzuki di negara tersebut meminta tambahan pasokan sebesar 500-1.000 unit per bulan."Bos  Suzuki Thailand telah datang ke sini (Indonesia) meminta (pasokan) 1.500 - 2.000 unit APV per bulan, karena mereka kewalahan melayani peningkatan permintaan," kata Presdir PT Indomobil Suzuki Indonesia, Soebronto Laras, di Jakarta, Senin (11/8).

Soebronto mengatakan, tahun lalu pihaknya mengekspor Suzuki APV sebanyak 1.000 unit ke Thailand yang terdiri dari minibus dan pick up. Namun ternyata, kendaraan yang basis produksinya ada di Indonesia tersebut terus meningkat, sehingga tahun ini Thailand meminta tambahan pasokan. "Saat ini pembelian mobil APV di Thailand masa tunggunya sampai enam bulan. Namun kami belum bisa menambah pasokan, karena harus menyiapkan berbagai hal, mulai dari SDM (sumber daya manusia), bahan baku, dan pendukung lainnya," ujar Soebronto.

Ia memperkirakan permintaan Suzuki APV terutama yang model pick up terus meningkat di Thailand, karena harganya lebih murah dibandingkan dengan mobil pick up yang dikembangkan di negara tersebut, yang mesinnya full bonet atau mesin depan.

"Thailand memang negara mobil pick up, karena pasar mobil di sana  70 persen pick up. Pick up kami (Suzuki APV) dianggap murah dan daya angkutnya kuat, sedangkan pick up sebenarnya (mesin di depan) harganya dua kali dari kami punya (APV), sehingga konsumen di negara tersebut mau beli mobil tersebut," katanya.

Mesin Suzuki APV sendiri masih semibonet. Selain itu, Suzuki APV model pick up selama ini hanya untuk pasar ekspor dan tidak dipasarkan di dalam negeri.

Diakui Soebronto, pada awal pengembangan APV pada 2004, pihaknya memproyeksikan produksi APV mencapai 7.000 unit per bulan yang akan dipasok ke dalam negeri sebanyak 4.000 unit dan ekspor 3.000 unit. Namun menurut dia, akibat pergeseran pasar, permintaan APV di dalam negeri hanya sekitar 2.500 unit dan ekspor hanya sekitar 2.000 unit, sehingga kapasitas produksi diturunkan.

"Makanya Bos Thai Suzuki datang ke sini mau lihat langsung, mereka tidak percaya karena mengira kapasitas produksi APV mencapai 7.000 unit per bulan," ujarnya.

Soebronto mengatakan tidak mudah menambah kapasitas produksi dalam waktu cepat, karena terkait masalah pasokan mesin mengingat mesin APV kini sama dengan mesin yang dipakai untuk minibus Suzuki Futura. Selain itu, pihaknya juga harus menambah investasi peralatan, mesin cetak, SDM, dan lain-lain, serta pada satu sisi saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis listrik.

"Saat ini kami sudah beroperasi secara maksimal dengan meningkatkan lembur. Untuk menambah ’shift’ berarti harus tambah tenaga kerja dan dalam keadaan undang-undang perburuhan seperti sekarang, makin banyak karyawan itu momok, karena kewajiban sosialnya menurut saya agak ekstrim, sehingga harus diubah (UU Ketenagakerjaan)," kata Soebronto.

Selama ini Thailand merupakan  pasar ekspor Suzuki APV terbesar, setelah Arab Saudi yang permintaannya mencapai sekitar 400 unit per bulan. Setiap tahunnya Indomobil mengekspor sekitar 2.000 unit Suzuki APV per bulan ke berbagai negara di ASEAN,  Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika. 
 
Bahkan, lanjut Soebronto, saat ini juga ada permintaan dari India, namun pihaknya belum bisa memenuhi, karena Suzuki di India meminta ekspor mobil dilakukan secara terurai (CKD). Demikian pula dengan Pakistan yang juga menganut paham industri meminta APV diekspor secara CKD ke negara tersebut.

"Pemilahan komponen itu punya teknik sendiri. Mobil itu ada 3.000 item, kita belum bisa memenuhi permintaan CKD," ujar Soebronto.  Oleh karena itu, ia akan memprioritaskan permintaan ekspor secara utuh (CBU) seperti Thailand dan negara kawasan Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com