Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata Mobil Pakai Air Bisa Jalan Kok

Kompas.com - 01/08/2008, 11:41 WIB

Pertengahan Juni lalu, dunia otomotif dikejutkan dengan berita keberhasilan sebuah perusahaan Jepang, Genepax, meluncurkan mobil bertenaga air. Menariknya,  kendaraan tersebut  muncul di saat harga  bahan bakar minyak terus melonjak di banyak negara dunia dan sempat ditayangkan di televisi.  Setelah diisi air,  Si Kancil – karena ukurannya seperti mobil Kancil di Malaysia – langsung meluncur.

Alhasil, sebagian orang pun menduga, mobil tersebut menggunakan bahan bakar air. Para ahli mesin pun  kaget. Pasalnya, air tidak bisa langsung dibakar untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai penggerak kendaraan.

Mobil Listrik
Setelah ditelusuri, ternyata Genepax tidak memperoses air langsung menjadi bahan bakar. Pada mobil Reva, buatan Takeoka Mini Car yang dijadikan percobaan,  tidak ditemukan mesin pembakaran dalam (internal combustion) yang digunakan kendaraan bermotor komersial sekarang ini. Yang ada adalah motor listrik dan generator pembangkit listrik berupa susunan dari rangkaian membran yang disebut MEA (membrane electrode assembly) bersama air.

 Sudah dipastikan, mobil digerakkan oleh tenaga listrik. Meski begitu, mobil ini tidak punya colokan atau steker yang bisa dihubungkan kelistrikan rumah atau generator.

 Dengan demikian, mobil ini benar-benar mengandalkan energi dari air. Fitur inilah yang dibanggakan dan dijadikan daya tarik utama oleh Genepax. Karena dengan menggunakan teknologi mereka, mobil listrik tidak lagi  memerlukan infrastruktur baru untuk mengisi ulang batere, baik di rumah maupun tempat parkir umum.

Genepax menyebut sistemnya WES alias, “water energy system”.

Ekstrak Hidrogen
MEA bukanlah teknologi baru, tetapi sudah digunakan untuk mengekstrak hidrogen atau metanol dari air.  Kelebihan sistem MEA dari Genepax, hidrogen yang diekstrak dari air, tidak dikumpulkan dalam tangki (yang berat dan mahal harganya) bertekanan tinggi. Tapi diproses langsung menghasilkan listrik melalui reaksi kimia dengan menggunakan material khusus (inilah rahasianya).
 
Prototipe sel bahan bakar yang telah dibuat menghasilkan energi 120 Watt. Sedangkan dari generator yang taruh di bagasi mobil mencapai 300 Watt.

Untuk memasukkan air ke  generator yang berisi susunan sel bahan bakar  digunakan pompa listrik. Pompa ini memperoleh energi dari baterai kering. Setelah tenaga dihasilkan, sistem bekerja secara pasif dan pompa air diam.

Saat ini, rangkaian sel bahan bakar  Genepax menghasilkan listrik dengan tegangan 25-30V. Setiap sel menghasilkan energi 3 watt dengan tegangan 0,5-0,7 volt dan arus 6-7 Ampere. Densitas tenaga   sekitar  30 mW/cm2  dengan reaksi permukaan sel  10 x 10 cm.


Masih Mahal
Alat untuk memproses air menghasil energi listrik yang dibuat Genepax untuk ukuran sekarang ternyata tidaklah murah. Harga generator pembangkit listrik energi air itu Rp 175 juta/unit (tidak termasuk mobil).  Kalau dibuat secara massal, perkiraan harganya Rp 45 juta.

Dijelaskan lagi, satu liter air  dapat digunakan selama satu jam dengan kecepatan mobil 80 kpj. Di sini, Genepax  telah berkolaborasi dengan perusahaan mobil Jepang  untuk memproduksi penemunannya ini secara massal dalam waktu dekat. Paling tidak sebagai bahan bakar alternatif. Genepax juga diberi kesempatan memamerkan penemuannya saat KTT G8 di Hokkaido, Jepang pada 6-9 Juli lalu.

“Sistem yang kami temukan tidak memerlukan inftrastruktur untuk mengisi baterai, yang merupakan masalah utama mobil listrik saat ini,” bangga Kiyoshi Hirasawa, Presdir Genepax tentang teknologi energi airnya! Rencananya bukan hanya mobil  yang menjadi target, juga peralatan rumah tangga! Kalau sampai ke Indonesia, bisa sebagai pengganti PLN! (Zulkifli BJ)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau