Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ethanol, Manusia akan Bersaing dengan Mobil?

Kompas.com - 16/01/2008, 12:56 WIB

WASHINGTON, RABU - Rencana pengembangan ethanol sebagai bahan bakar alternatif ternyata melahirkan kekhawatiran tersendiri. Dengan bahan baku tanaman budidaya, maka harga bahan makanan diyakini akan terus merangkak naik. Dan puncaknya, manusia akan bersaing dengan kendaraan bermotor untuk mendapatkan "makanan".

Saat ini saja, ketika produksi ethanol belum terlalu berkembang, harga gandum telah menyentuh rekor baru di AS. Padahal, produksi bahan bakar ramah lingkungan ini masih lebih banyak menggunakan jagung yang dilebur dengan bensin. Di sisi lain, kalangan petani telah berharap akan mendapatkan peningkatan  pendapatan hingga 30 persen pada musim panen tahun depan, bulan untuk orientasi pangan, melainkan bahan baku ethanol.

Sebagai ilustrasi, sebuah mobil jenis SUV dengan 25 galon ethanol (95 liter) mengonsumsi sekira 254 kg gandum, atau setara dengan konsumsi rata-rata satu orang dalam setahun.  “Kita semua akan melihat pemberontakan konsumen di negara ini," kata Lester Brown, Presiden dari Institut Kebijakan Bumi, dalam Global Agriculture and Biofuel Summit, di Washington, Selasa (Rabu wib).

Dampak lainnya, ungkap Brown, harga daging unggas seperti ayam dan bebek, daging sapi, daging babi pun akan terkatrol, sama halnya dengan produk susu. Pasalnya, jagung merupakan makanan utama bagi ternak. “Buktinya, tempat penyimpanan kami dipenuhi dengan jagung," kata Brown.

Ia menyebutkan, saat ini pakan ternak kini telah mengalami peningkatan harga hingga 40 persen. Tekanan harga akibat pengembangan ethanol ini dipastikan bertambah buruk dengan lolosnya sebuah Undang-undang Energi bulan lalu. Di dalamnya disebutkan bahwa produksi ethanol akan ditingkatkan dari sembilan miliar galon, menjadi 36 miliar galon pada 2022. “Apa yang terjadi adalah, manusia akan bersaing dengan mobil untuk mendapatkan bahan makanan," kata Brown.

Sementara itu, Asosiasi Pembaruan Bahan Bakar, sebuah kelompok yang tengah mengupayakan pelabaran produksi ethanol sebagai bahan bakar alternatif menyatakan, pemakaian jagung ataupun produk pangan sebagai bahan baku tidak mendatangkan dampak yang besar atas harga eceran makanan.

Asosiasi ini mengungkapkan, berdasarkan data pemerintah, dalam setiap dollar yang dikeluarkan tenaga kerja untuk kebutuhan makan, rata-rata sebesar 38 sen dialokasikan untuk bungkus, transportasi, bahan bakar dan iklan, sementara 24 sen untuk keuntungan. Hanya 19 sen yang merupakan alokasi bahan baku makanan. Sebaliknya, pengembangan bahan bakar ini justru membantu mengatasi penumpukan bahan baku yang kerap terjadi. Stok tahun lalu misalnya, untuk persediaan stok selama 70 hari, hanya diserap sebanyak 53 hari.  (REUTERS/GLO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com