Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos di Balik Oktan

Kompas.com - 11/01/2008, 12:43 WIB

Oleh Dahono Fitrianto dan Lusiana Indriasari

Pemerintah berencana membatasi distribusi bensin Premium oktan 88 dengan bensin beroktan 90 yang harganya lebih mahal sebagai langkah mencabut subsidi bahan bakar minyak. Terlepas dari rencana itu, apa sebenarnya perbedaan Premium oktan 88 dengan bensin beroktan di atasnya? Mobil-mobil yang diproduksi tahun 1990-an ke atas mensyaratkan penggunaan bensin dengan bilangan oktan 90 ke atas. Di Indonesia, ada dua jenis bensin beroktan 90, yaitu bensin oktan 92 dan oktan 95.

Bensin oktan 92 dikenal dengan nama Pertamax (produksi Pertamina), Super (produksi Shell), dan Primax (produksi Petronas). Sedangkan bensin oktan 95 biasa disebut Pertamax Plus (Pertamina), Super Extra (Shell), dan Primax95 (Petronas). Adapun bensin Premium yang dipakai sebagian besar pengguna
kendaraan bermotor di Indonesia adalah bensin dengan kadar oktan 88.

Oktan adalah angka yang menunjukkan berapa besar tekanan maksimum yang bisa diberikan di dalam mesin sebelum bensin terbakar secara spontan. Di dalam mesin, campuran bensin dan udara (berbentuk gas) bisa terbakar sendiri secara spontan sebelum terkena percikan api dari busi. "Jadi, semakin tinggi angka oktannya, semakin lama bensin itu terbakar spontan," kata Kepala Program Studi Teknik Otomotif Politeknik Manufaktur Astra Jakarta Hutabarat.

Pembakaran spontan ini menimbulkan ketukan di dalam mesin yang biasa disebut gejala ngelitik atau knocking. Pembakaran spontan ini sebisa mungkin dihindari dengan angka oktan yang tinggi.

Sesuai ketentuan
Ketika harga Pertamax semakin tinggi, banyak orang lalu beralih ke Premium padahal mobil yang digunakan memiliki spesifikasi bensin beroktan tinggi. Menurut Hutabarat, pemakaian bensin yang kadar oktannya tidak sesuai akan menyebabkan mesin menjadi ngelitik. Ngelitik terjadi karena bensin lebih cepat terbakar secara spontan sehingga tenaga untuk menggerakkan mesin serta beban kendaraan lebih kecil dari yang dibutuhkan. Sistem pemeringkatan oktan (octane rating) adalah ukuran seberapa besar suatu jenis bensin bisa mencegah terjadinya ngelitik pada mesin.

Menurut Dikwan Irawan, mekanik berpengalaman dan pemilik bengkel Ditech Injection di Bandung, Jawa Barat, para pengguna mobil hendaknya selalu menggunakan oktan yang telah direkomendasikan pabrik. "Biasanya angka oktan rekomendasi pabrik ini dicantumkan dalam buku manual maupun di dekat tutup tangki bensin mobil," paparnya.

Berkaitan dengan rencana pemerintah untuk mendorong pengguna mobil pribadi memakai Premium oktan 90, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Freddy Sutrisno mengatakan, rata-rata mobil keluaran terbaru memang sudah mensyaratkan pemakaian bensin beroktan tinggi. "Dianjurkan untuk selalu mematuhi persyaratan oktan yangdiberikan pabrik. Kalau tidak bisa berisiko membatalkan garansi," ungkap Freddy.

Mohammad Arief Adrianto, Redaktur Pelaksana Majalah Otomotif,  menambahkan, pemakaian bensin oktan di atas 90 memang bisa menambah tenaga. Tetapi, itu hanya berlaku pada mobil-mobil yang memang memiliki spesifikasi bahan bakar oktan tinggi. Untuk mobil yang dibuat tahun 1980-an, pemakaian Premium saja sudah cukup karena tidak akan menambah performa mobil.

Kadar oktan dalam bensin juga sering dikait-kaitkan dengan soal ramah lingkungan. Menurut Dikwan, faktor ramah lingkungan pada bensin ditentukan oleh ada tidaknya kandungan timbal (tetraethyl lead/TEL) dalam bensin. Saat ini, semua produk bensin oktan di atas 90 sudah tidak mengandung timbal. Bahkan di Jabodetabek dan Jawa Barat, Premium yang dijual di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) tidak lagi mengandung timbal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com